Setelah diadili
karena kasus korupsi, mendadak Abdul Fulus rajin belajar agama secara privat
kepada Ustadz Abdul Hakim. Agas bisa tabah menjalani cobaan yang tengah
dialaminya, Abdul Fulus minta ustadz mengajarinya berbagai macam do’a. Dari
sekian banyak do’a yang diajarkan ustadz, ada satu do’a favorit dan paling
sering dibaca Abdul Fulus, yaitu “Robbii adkhillnii mudkhola sidqii wa
akhrijnii mukhroja sidqii waj’allii min ladunka sulthonan nashiiro.” (Ya
Tuhanku, masukkan aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkan aku dari tempat
keluar yang benar. Dan adakanlah dari sisi-Mu kekuasaan yang menolongku).
Yang dipahami
Abdul Fulus dari penjelasan ustadz tentang do’a ini dalam konteks dirinya
adalah agar ia kelak bisa mengakhiri karir dengan baik di instansinya
sebagaimana ia dulu memulai karir dengan baik. “Datang nampak muka, pergi
nampak punggung,” kira-kira seperti kata-kata bijak itulah Abdul Fulus
menghendaki perjalanan karirnya. Karena itu setiap saat rajin sekali ia
berdo’a.
Ketika saatnya
pengadilan menjatuhkan vonis, ternyata Abdul Fulus divonis 3 tahun dan segera
masuk tahanan. Abdul Fulus mengadu kepada Ustadz Abdul Hakim, “Tuhan tidak mau
mendengar do’aku.”
“Do’a apa yang
kamu baca ?”
“Robbii
adkhillnii mudkhola sidqii (Ya Tuhanku, masukkan aku ke tempat masuk yang
benar).”
“Kamu keliru,
justru Tuhan telah mengabulkan do’amu. Dasar koruptor, do’a yang kuajarkan pun
engkau korupsi.”