Buku Kisah Praperadilan Hakim Sarpin, Diluncurkan

Brntas KKN,  Pengacara OC Kaligis meluncurkan buku kasus praperadilan di Indonesia. Termasuk yang ditangani hakim Sarpin Rizaldi dalam kasus gugatan calon Kapolri Komjen Budi Gunawan melawan Komisi Pemberantaan Korupsi (KPK).

"Tujuan pembuatan buku itu karena putusan praperadilan antara Budi Gunawan dengan KPK menimbulkan huru-hara hukum yang luar biasa," kata OC Kaligis di Jakarta, seperti diberitakan republika.co.id, Jumat (17/4).

Dia mengatakan seandainya KPK yang dimenangkan dalam perkara itu, pasti banyak pihak memuji hakim Sarpin Rizaldi, tapi Budi Gunawan yang menang malah sebaliknya dengan mencaci maki.

Buku yang diluncurkan itu bertajuk "Kasus Menarik Praperadilan di Indonesia" (Putusan Hakim di Luar Pasal 77-83 KUHAP) setebal 308 halaman terdapat enam kasus yang serupa dimenangkan hakim lain.

Dia mengatakan banyak media yang "menghukum" Sarpin sedangkan putusan serupa juga dilakukan hakim Rusman Dany Ahmad pada tahun 2000 dan hakim Effendi tahun 2004 di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

"Padahal putusan itu tidak berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 77 hingga Pasal 83 KUHAP," kata Kaligis yang juga guru besar Fakultas Hukum Universitas Negeri Manado.
Read more…

Lebih Gigih Tekan Korupsi

Mahatma Gandhi pernah berpesan, "You may never know what results come of your action, but if you do nothing, there will be no result" (Anda mungkin tidak pernah tahu hasil dari usaha-usaha yang Anda lakukan, tetapi jika Anda tidak melakukan sesuatu, Anda tidak mungkin mendapat hasil). Gandhi mau mengingatkan pada setiap orang supaya dalam hidup ini agar tidak menyerah dalam menghadapi tantangan. Sebaliknya, berusaha menunjukkan kemampuan diri untuk melahirkan sejarah, baik bagi sendiri, masyarakat, dan bangsa.

Kata kunci yang disampaikan Gandhi tersebut terletak pada "usaha" atau pewujudan "kinerja" yang mengajak setiap manusia, apalagi yang jelas-jelas memunyai kapabilitas moral, agama, atau keistimewaan lainnya demi tejadi perubahan besar.

Khususnya perubahan dari kondisi yang membebani masyarakat menjadi atmosfer yang mencerahkan atau membeningkan. Salah satu bentuk kondisi akut yang selama ini menjadi beban berkepanjangan masyarakat adalah korupsi.

Sudah ada beberapa tawaran jurus melawan atau mengalahkan korupsi yang setidaknya bergema selama tahun 2011. Tawaran jurus atau politik penanggulangan korupsi ini di antaranya berasal dari Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD.

Misalnya, permintaan menghentikan dagang pasal di badan legislatif dan penyiapan "kebun" untuk koruptor. Tawaran lain: pemiskinan koruptor, hukuman mati, kerja sosial dengan cara pengasingan koruptor ke tempat-tempat tertentu yang jauh dari pergaulan publik. Tawaran ini sulit berbuah positif terhadap terjadinya perubahan atau pembaruan empiris, manakala tidak diikuti usaha maksimal.

Setiap elemen negara boleh saja mengaktifkan diri dalam diskursus secara teoritis tentang makna penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) atau jabatan dan unsur-unsurnya, serta sifat-sifat koruptif. Akan tetapi, ranah das sollen atau penguatan ide-ide cerdas ini saja belum cukup untuk membabat menjamurnya dan membudayanya korupsi.

Satu lagi yang diperlukan adalah ranah das sein yang berisi gerakan berkelanjutan, sistemis, terstruktur dan militan untuk memberangus korupsi yang juga sistemis, terstruktur, dan mengultur.

Masalahnya, benarkah kita ini sungguh-sungguh menjadikan penyalahgunaan kekuasaan atau malapraktik jabatan sebagai musuh utama? Tidakkah penyimpangan kekuasaan masih kita jadikan sebagai "sahabat" setia untuk memperkaya diri atau membesarkan pundi-pundi golongan dan partai?

Bukankah selama ini peringkat "prestasi" korupsi kita masih tidak mau kalah dengan sejumlah negara lain yang rapor korupsinya terbilang spektakuler? Bukankah kita masih menyukai praktik penyelenggaraan kekuasaan yang bervirus memudahkan jalan berkorupsi alih-alih menutup lubang-lubang yang meniscayakan terjadinya dan maraknya korupsi?

Gugatan tersebut berangkat dari gampangnya ditemukan sejumlah sifat, pola, atau modus operandi penyelingkuhan kekuasaan. Nyaris sudah atau sedang terjadi pemerataan korupsi di lembaga-lembaga strategis negara.

Mereka yang dipercaya mengelola keuangan di lembaga-lembaga ini, bukannya mengamankan dan "menyamankan" penggunaan keuangan negara, justru disalahalamatkan penggunaannya. ICW menemukan selama tahun 2010 terdapat 700 kasus korupsi yang melibatkan ribuan aktor mulai tingkat pusat hingga ke daerah. Kerugian negara akibat korupsi itu hingga lima triliun rupiah lebih.

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP), misalnya, pernah melaporkan, bagian ini adalah sumber korupsi pegawai negara. Kepala LKPP Agus Rahardjo mengatakan, peluang untuk korupsi jumlahnya mencapai 400 triliun rupiah. Jumlah sebanyak itu mencapai total belanja pemerintah yang bersumber dari APBN 2010 (Chalid, 2011).

Memang ranah pengadaan barang menjadi sumber korupsi. Sebab, 70 persen kasus di KPK berkorelasi pengadaan barang dan jasa. Pelaku korupsi di sektor pengadaan barang ini mulai dari pegawai rendahan sampai pejabat pemerintah. Besarnya angka korupsi tak bisa disangkal jika dikaitkan dengan anggaran negara untuk pengadaan barang. Misalnya, nilai pengadaan barang untuk Perusahaan Listrik Negara mencapai 150 triliun rupiah, sedang BP Migas tidak kurang dari 9-12 miliar dollar AS.

Berpijak pada kasus tersebut, setidaknya bisa dipahami, pemangku jabatan menjadi mudah tergoda melakukan penyimpangan anggaran negara karena jumlah uang yang dipercayakan itu. Ditambah lagi rendahnya komitmen moral dalam menjaga sakralitas jabatan.

Saat diberi kepercayaan mengelola uang dalam jumlah besar, harusnya dijadikan momentum untuk melawan kecenderungan menyalahgunakannya. Sebaliknya, diperlakukan sebagai momentum "berusaha" secara maksimal guna mengalirkannya ke kantong pribadi, keluarga, dan kroni.

Mereka itu tergelincir pada "usaha" meminimalisasi penggunaan anggaran negara untuk kepentingan publik dan atau mewujudkan program-program pembangunan.

Itu menunjukkan, mereka yang menyalahgunakan kekuasaan tidak kekurangan akal untuk menjarah keuangan negara, baik bersumber dari APBN maupun APBD. Ini meupakan strategi besar koruptor dalam mematahkan pejuang antikorupsi. Mereka yang sudah terbiasa hidup dalam bingkai muslihat korupsi, tentulah tidak menginginkan aksinya terbongkar.

Kesadaran moral dan kecerdasan intelektual pejuang antikorupsi menjadi modal utama mengalahkan sindikat penyalahgunaan kekuasaan. Koruptor memuyai jaringan terorganisasi yang menjalar ke berbagai institusi. Mereka juga dapat membuat penegak hukum tak berdaya.

Kesadaran moral dan kecerdasan intelektualitas harus dimiliki setiap pejuang antikorupsi. Dengan begitu, upaya koruptor membangun lingkaran setan dapat dihancurkan. Kegigihan para pegiat antikorupsi dapat mengikis gerakan tangan-tangan koruptor.

Dengan demikan, para penjahat tersebut tidak akan mampu mengepakkan sayap kotornya guna menciptakan gurita koruptif. Mereka akan gagal mengembangkan hegemoninya seiring dengan kemapanan pejuang antikorupsi yang gigih melakukan perlawanan.***

Oleh Prof Dr Bambang Satriya, SH,MH
Penulis adalah guru besar Stiekma dan dosen luar biasa Universitas Machung
dari; http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/81043
Read more…

Manusia Kardus

Karya: Rodli TL

KARDUS-KARDUS MEMASUKI PANGGUNG, MENARI DAN MENYANYI
Kardus, kardus, kardus
Tak berakal, tak berbekal
Kardus pembungkus kebaikan
Dari debu dan kotoran kehidupan
Nasib kardus bukan malang
Kardus juga makhluk Tuhan
Berguna untuk barang kemasan
1. Kardus 1 : Saya adalah kardus
2. Kardus 2 : Bungkus, bungkus, bungkus
3. Kardus 1 : Ya, kardus untuk membungkus
4. Kardus 1 : Bungkus, bungkus, bungkus
5. Kardus 2 : Dunia tidak sempurna tanpa kardus
6. Kardus 1 : Kardus TV
7. Kardus 2 : Kardus Kulkas
8. Kardus 1 : Kardus roti
9. Kardus 2 : Kardus, kardus, kardus
10. Kardus1 : Bahkan air pun dibungkus dengan kardus
11. Kardus 2 : Mampus, mampus, mampus!
12. Kardus 1 : Kenapa?
13. Kardus 2 : Aku bosan jadi kardus. Mampus, mampus, mampus
14. Kardus 1 : Kenapa?
15. Kardus 2 : Bila kita aus, kita menjadi sarang tikus
16. Kardus 1 : Lalu kenapa?
17. Kardus 2 :Kita harus berubah
18. Kardus 1 : Berubah? Berubah bagaimana?
19. Kardus : Lihat tikus-tikus itu.
TIKUS TIKUS BERDATANGAN MENARI DAN MENYANYI
Cit cit cit
Cit cit ci
Cit cit cit
Kamilah tikus-tikus berjalan beriringan
Cit cit cit Cit cit cit
Kulitku hitam, mataku tajam.
Cit cit cit Cit cit cit
Kumisku panjang, aduh sangatlah manis.
Cit cit cit Cit cit cit
Tikus-tikus mencari sampah
Tikus-tikus ada di rumah
Tikus-tikus makan apa saja.
Cit cit cit Cit cit cit
20. Tikus 1 : Long life, tikus
21. Tikus 2 : yo mesti long life
22. Tikus 1 : Saksikanlah kami. Para tikus! Hidup bebas dimana saja. Di hutan, di tempat sampah, bahkan di rumah-rumah mewah.
23. Tikus 2 : Hidup tikus!
24. Tikus-Tikus : Hidup tikus!
25. Tikus 1 : Long life, tikus
26. Tikus-Tikus : Hidup tikus!
27. Tikus 1 : Kami juga tidak pernah manja.. kami bisa makan apa saja, mulai dari soto, tahu campur, sampai permen sugus.
TIKUS-TIKUS KEMBALI BERGERAK DAN BERNYANYI.
28. Kardus 1 : Mampus! Tikus-tikus menuju kemari
29. Kardus 2 : Mampus! Pasti mereka mau beranak-pinak
30. Kardus 1 : Nasib terburuk kardus adalah menjadi sarang persalinan tikus
31. Karsus 2 : Hi hi hi hi……Ayo kita lari!
KARDUS BERUSAHA BERLARI, NAMUN TIDAK SECEPAT TIKUS-TIKUS. TIKUS-TIKUS TELAH MENGUASAI KARDUS-KARDUS. TIKUS-TIKUS MENGGIGIT KARDUS-KARDUS SAMBIL BERNYANYI
Tikus-tikus makan kardus
Kardus-kardus sarang tikus
32. Kardus 1 : Sebelum hancur, mari kita berdo’a pada Tuhan. Tuhan berjanji akan mengabulkan do’a orang teraniaya
33. Kardus 2 : Kita bukan orang.
34. Kardus 1 : Siapa tahu sama. Ya Tuhan! Sebelum kami hancur, kabulkan satu permohonan.
35. Kardus 2 : To the point saja! Jangan berbelit-belit
36. Kardus 1 : Ya Tuhan, Jadikanlah kami makhluk bebas hidup dan makan apa saja seperti tikus-tikus
37. Kardus 2 :Sial, kenapa kamu meminta menjadi makhluk seperti tikus… padahal tikus-tikus itu adalah makhluk yang paling kita benci
38. Kardus 1 : Terlanjur
39. Kardus 2 : Mampus, kita menjadi tikus
KARDUS-KARDUS BERGERAK BERUBAH MENJADI TIKUS-TIKUS. MEREKA BERNYANYI MENYESALI NASIBNYA
Eh mampus, kardus-kardus menjadi tikus-tikus
KARDUS TELAH BERUBAH MENJADI TIKUS. MEREKA BERGERAK DARI LAMBAN KE CEPAT DENGAN NYANYIAN
40. Tikus1 : Hi, di sini ada tikus
41. Tikus 2 : Di sini juga ada
42. Tikus 1 :Wah, disini tikusnya masih muda-muda. Masih cantik dan tampan-tampan
43. Tikus 2 : Kalau disini tikusnya sudah tua.
44. Tikus 1 : Kalau begitu kesini saja, siapa tahu ada yang naksir kita
45. Tikus 2 : It’s good idea. Ayo kita kesana, ke tempat tikus-tikus yang cantik dan tampan-tampan
TIKUS-TIKUS BERGERAK MENUJU KE TEMPAT YANG DITUJU
Cit cit cit cit cit cit
go go there, go there, go there mencari mangsa
tikus-tikus mencari mangsa memakan apa saja
tikus cantik
tikus tampan
I love you
KARDUS TIBA-TIBA KETAKUTAN
46. Tikus 1 : Sialan,
47. Tikus 2 : Ada kucing
48. Kucing-kucing : Ha ada kucing?!
49. Tikus 1 : Mana dia?!
50. Tikus 2 : Itu dia!
51. Tikus 2 : Itu juga
52. Tikus 1 : Di sana juga banyak kucing
53. Tikus 1 : Wah, kucingnya banyak sekali, sangat menakutkan. Ayo kita lari!
TIKUS-TIKUS SEMBURAT BERLARIAN. MEREKA BERKUMBPUL MERAPAT LAGI LALU BERNYANYI
Mata kucing
Mata kucing
Mata kucing maunya mencengkramku
MUNCUL KUCING MENGENDAP-ENDAP BERUSAHA MENANGKAP TIKUS-TIKUS. NYANYIAN TIKUS TIKUS MENJADI MILIK KUCING
Mata kucing
Mata kucing
Mata kucing maunya menerkam tikus
54. Tikus 1 : Wah, dia terus mengejar kita, bagaimana ini
55. Tikus 2 : Selama kita menjadi tikus kan belum pernah berdo’a pada Tuhan..
56. Tikus 1 : Maksud kamu kita meminta pertolongaNYA
57. Tikus 2 : Itu jalan satu-satunya yang harus kita lakukan
58. Tikus 1 : Mana mungkin. Dosa kita terlalu banyak. Makanan yang selalu kita makan adalah hasil curian.. pasti Tuhan sedang marah pada kita. Tuhan tidak akan mengabulkan do’a kita
59. Tikus 2 : Jangan pesimis. Tikus-tikus diciptakan tidak untuk menjadi makhluk yang mudah putus asa. Kita harus sunggu-sunggu dan berbaik sangka pada Tuhan. Tuhan pasti mengabulkan do’a kita
60. Tikus-Tius : (bersama-sama) amin, amin, amin….
TIKUS-TIKUS MELAKUKAN GERAKAN DO’A YANG KHUSUK
61. Tikus : Ya Tuhan, sungguh kami termasuk makluk yang aniaya, yang dholim, yang sesat, yang rendah. Kami telah melakukan banyak maksiat kepadaMu. Kami selalu mencuri, mengambil hak makhluk lain. Dan yang lebih dosa lagi hasil curian itu kami bagi-bagikan kepada teman-teman kami, saudara kami, bahkan ibu bapak kami.. ampunilah kami Tuhan yang telah memasukkan keluarga kami ke lembah nista, ke jalan menuju neraka. Sungguh Tuhan. Bila engkau tidak mengampuni kami, kami akan menjadi makhluk yang rugi selamannya. Ampunilah kami Tuhan, ampunilah…. (MENANGIS MENYESALI DOSA-DOSANYA) Ya tuhan yang maha pengasih, kasihanilah kami, jadikanlah kami makhluk yang lebih baik dari sebelumnya. Menjadi kucingpun tidak apa-apa.
SEKETIKA ITU TIKUS-TIKUS BERUBAH MENJADI KUCING.
Mata kucing
Mata kucing
Mata kucing maunya menerkam tikus
62. Kucing 1 : Kawan-kawan, ayo berangkat bersama-sama mencari mangsa. Mencari tikus-tikus. Di sana!
63. Kucing 2 : Ya, mungkin di sana, di tempat itu.
64. Kucing 1 : Ayo kita cepat kesana. Kita tangkap tikus-tikus itu lalu kita makan dagingnya
KUCING-KUCING BERGERAK KE SEGALA PENJURU BERBURU TIKUS SAMBIL BERNYANYI
Mata kucing
Mata kucing
Mata kucing maunya menerkam tikus
65. Kucing Kardus: Kawan-kawan! Di sana tadi saya melihat ada orang makan daging yang lezat. Tidak hanya makanan yang lezat yang dia miliki, tadi saya melihat dia juga memasukkan uang banyak ke dalam saku pakain dalamnya. Tapi aneh, kenapa ya, waktu memasukkan uang dia kok lihat kanan-kiri dengan wajah ketakutan. Jangan-jangan. Ah tidak. Tidak boleh berburuk sangka pada makhluk lain.
66. Kucing 1 : Ayo kita mendekat saja… lalu kita amati.
KUCING-KUCING BERGERAK MENGENDAP-ENDAP
67. Kucing 1 : Oh, betul dia pencuri
68. Kucing 2 : Hus, jangan cepat menuduh
69. Kucing 1 : Lihat saja gerakannya, seperti gerakan kita saat mencuri ikan pindang
70. Kucing 2 : Tidak sama, kucing dan manusia…
71. Kucing 1 : Apa bedanya
72. Kucing 2 : Kita hewan sedang manusia punya hati dan fikiran
73. Kucing 1 : Ah sama saja
74. Kucing 2 : Tidak sama
75. Kucing 1 : Sama saja
KUCING-KUCING BERDEBAT DENGAN DUA KATA “SAMA DAN TIDAK SAMA”. PERDEBATANYA BERUBAH MENJADI PERTARUNGAN. MEREKA SALING MENCAKAR.
76. Kucing Kardus : Ya Tuhan, kenapa semua hewan punya punya sisi jahat..saya fikir menjadi tikus, kucing lebih baaik dan aman daripada menjadi kardus… menjadi tikus suka mencuri, menjadi kucing suka bertengkar…lalu menjadi apalagi kita ini?!
77. Kucing 1 : Kita menjadi manusia saja
78. Kucing 2 : betul, agar kita tahu sebenarnya manusia itu pencuri atau bukan
79. Kucing Kardus : Ya Tuhan, ini adalah permohonan kami yang terakhir, kabulkanlah do’a kami. Jadikanlah kami makhluk termulya, makhluk yang punya hati dan akal, sebagai makhluk yang engkau percaya memjadi kholifah,.. ya Tuhan, kabulkanlah do’a kami menjadi …..
80. Kucing Kardus : Jangan-jangan… jangan memohon pada Tuhan menjadi manusia.. saya tahu persis..manusia ternyata lebih rendah dari kucing-kucing dan tikus-tikus…saya tadi masuk ke dalam TV.. lalu TV itu berbicara.. manusia juga suka mencuri dan bertengkar. Pak nazar, pak udin, bu melly, bu indah, pak rodli, pak padli, pak haji, pak heru, pak ali, pak amar, pak her, pak ilham, dan lain sebagainya. mereka semua penipu dan pencuri. sungguh jangan meminta untuk menjadi manusia..di sana-sini terjadi, pencurian, pertengkaran, kemaksiatan, pornoaksi, narkotika, tawuran antar kampung dan pelajar…hamper semua kerusakan di bumi ini disebabkan tangan-tangan manusia….sunggu jangan kita berdo’a menjadi manusia… jangan sampai kita menghianati Tuhan sang pencipta….
SEMUA KUCING-KUCING MENANGIS
81. Kucing 1 : Lalu apa yang harus kita lakukan?
82. Kucing Kardus : Kita meminta pada Tuhan untuk kembali menjadi kardus..kita bersyukur pada Tuhan.. Tuhan Maha Tahu dengan Segala kebaikan makhluknya..
KUCING-KUCING MEMBUAT FORMASI DO’A PADA TUHAN DENGAN UNGKAPAN BAHASA KUCING. KUCING-KUCING BERUBAH MENJADI KARDUS LALU MENYANYI BERSAMA-SAMA.
Kardus, kardus, kardus
Tak berakal, tak berbekal
Kardus pembungkus kebaikan
Dari debu dan kotoran kehidupan
Nasib kardus bukan malang
Kardus juga makhluk Tuhan
Berguna untuk barang kemasan
THE END

http://sastra-indonesia.com/2012/01/manusia-kardus/
Lamongan, 17 Oktober 2011
Read more…

Gara-gara Sendal Jepit, Anak SMK Terancam 5 Tahun

foto: http://haifani.wordpress.com
Metrotvnews.com, Palu: Seorang siswa kelas satu SMK di Palu, Sulawesi Tengah, terancam hukuman lima tahun penjara gara-gara dituduh mencuri sandal jepit milik seorang polisi. Kasus ini mendapat sorotan dari Komisi Nasional Perlindungan Anak Sulteng, yang bersedia mengganti dengan 100 sendal dan menuntut sidang dihentikan.

Aal, demikian inisial anak tersebut. Ia terpaksa harus duduk di kursi terdakwa Pengadilan Negeri Palu pada Selasa 20 Desember 2011. Remaja berusia 15 tahun siswa kelas satu SMK Negeri 3 Kota Palu itu didakwa mencuri sandal jepit milik Brigadir Satu Polisi Ahmad Rusdi Harahap, anggota Brigade Mobil Kepolisian Daerah Sulteng. Jaksa mendakwa Aal dengan pasal 362 KUHP dengan ancaman pidana lima tahun penjara.

Sidang tersebut menarik perhatian pengunjung. Meski berlangsung tertutup, pengunjung tetap berkerumun di sekitar ruang sidang, dan mencoba mengikuti jalannya persidangan. Mereka mengaku heran mengapa kasus pencurian sandal bisa sampai ke meja hijau.

Aal dan keluarganya juga menyatakan keheranan mereka. Apalagi, menurut Aal, ia tidak melakukan pencurian tersebut.

Kasus tersebut telah berlangsung cukup lama, yakni November 2010. Briptu Ahmad Rusdi menuduh Aal dan dua temannya mencuri 3 sandal miliknya di depan rumahnya. Ketiganya bahkan sempat diinterograsi, dan dipukuli.

Semula orangtua Aal, Lagaronda, berniat mengganti tiga sandal yang dituduh diambil anaknya. Namun, melihat wajah anaknya babak belur, ia lalu mengadukan kasus itu ke Polda Sulteng.

Keheranan juga disampaikan Komnas PA Sulteng. Mereka siap mengganti tiga sandal itu dengan 100 pasang sandal untuk diberikan kepada anggota Brimob Polda Sulteng tersebut. Menurut Sofyan Farid Lembah, Komnas PA Sulteng juga telah melayangkan surat kepada PN Palu agar menghentikan persidangan kasus Aal. Sofyan mengatakan masih banyak persoalan hukum yang lebih besar, yang seharusnya ditangani pengadilan daripada persoalan pencurian sandal jepit yang melibatkan anak di bawah umur.(DSY)

Read more…


Jakarta, Seruu.com - Presiden BEM Unversitas Jayabaya, Rezky Tuanany menyatakan bahwa mahasiswa tidak akan pernah takut dengan segala macam represifitas yang dilakukan oleh aparat kepolisian dan negara dalam rangka meredam aksi solidaritas untuk Sondang.

Rezky yang sempat ditahan 1 malam di Polda Metro Jaya saat aksi bersama peringatan 7 hari meninggalnya Sondang Hutagalung di Istana Negara menyatakan bahwa ia dan rekan-rekannya tidak akan pernah mundur hanya karena pukulan aparat ataupun ancaman penjara.

"Kami akan terus melakukan aksi - aksi solidaritas untuk menegakkan cita-cita Sondang yaitu mewujudkan negeri ini yang bebas dari penindasan, pelanggaran HAM oleh negara dan korupsi yang merajalela. Kami juga menuntut agar SBY - Boediono turun sebagai pertanggungjawaban kepada rakyat" paparnya saat dihubungi seruu.com, Senin (19/12/2011).

Menurut Rezky hal tersebut akan mereka buktikan dengan kembali menggelar aksi di depan kampus Universitas Jayabaya , Senin (19/12/2011) sore ini. " Pukul 4 sore nanti kami akan kembali menggelar aksi di kampus," tandasnya.

Rezky sendiri mengakui bahwa represifitas tersebut dialaminya sendiri saat penangkapan di Istana pada aksi hari Sabtu lalu. "Saya dipukulin dari mulai ditangkap sampai dimasukan mobil tahanan. Cuma di Polda saja berhenti karena kami didampingi pengacara," paparnya.

Rezky merupakan satu dari 3 orang mahasiswa yang ditahan di Mapolda Metro Jaya selama 1 x 24 jam setelah ditangkap dalam aksi aliansi Sondang untuk Revolusi di Istana, Sabtu (19/12/2011). Selain menangkap 3 mahasiswa, tindakan keras aparat kepolisian juga membuat 3 orang, 2 mahasiswi dan 1 mahasiswa dari Universitas Pamulang menginap dan mendapatkan perawatan di RS Tarakan. [musashi]

Read more…

Negara Hukum, Manusia Akhlak

Korupsi memang sudah sangat luar biasa di Indonesia, bahkan bukan hanya uang saja yang dikorupsi, berita juga dikorupsi. Rabu 30 November 2011, KPK mengadakan Dialog Kebudayaan dengan tajuk "Negara Hukum, Manusia Akhlak". Bertempat di Pendopo Taman Siswo, Yogyakarta, KPK bersama Cak Nun dan Kiai Kanjeng menggelar event ini, hadir dalam acara ini Ketua KPK, Busyro Muqoddas bersama Chandra M. Hamzah, Wakil Jaksa Agung, Dharmono, Kabreskrim POLRI, Sutarman. Selain itu, beberapa budayawan, seniman dan tokoh agama juga hadir, Sudjiwo Tedjo, M. Sobary, dan Romo Sindhunata.

Seperti biasanya, dimana-mana, sebuah acara yang diselenggarakan oleh Cak Nun bersama Kiai Kanjeng memang distur sedemikian rupa agar sedekat mungkin jarak antara pembicara dengan para hadirin yang menghadiri acara tersebut, sehingga saat acara dimulai, Cak Nun meminta para hadirin untuk mendekat kearah panggung utama. Acara dibuka dengan sebuah lagu "Sohibu Baitiy", sebuah lagu yang menggambarkan kedekatan sang pencipta, Allah swt dengan manusia, kemudian Sudjiwo Tedjo menyanyikan "Titi Kolo Mongso" diiringi oleh Kiai Kanjeng, mungkin hanya di acara tadi malam, Sudjiwo Tedjo menyelipkan aurat At Tiin dalam lagunya.

Cak Nun membuka acara dengan sebuah statement, bahwa Islam adalah rahmatan lil 'aalamiin, bahwa Islam harus memberi kenyamanan dan kenyamanan kepada seluruh ummat, memberi keamanan harta, nyawa dan martabat kepada seluruh manusia, sehingga mereka yang bukan Islam merasa nyaman ketika berkumpul dengan orang Islam. Cak Nun kemudian mempersilahkan pembicara satu persatu untuk menyampaikan poin-poin penting dari acara ini. Pak Busyro, Romo Sindhunata, Pak Dharmono dan Pak Sutarman bergantian berbicara di depan para hadirin. Pak Busyro adalah sahabat Cak Nun ketika masih bersekolah di SMU Muhammadiyah 1 Yogyakarta, bahkan mereka adalah orang penting dalam IPM di zaman mereka, Cak Nun adalah ketua IPM dan Pak Busyro adalah Sekretaris IPM, walaupun menurut Cak Nun, kemudian beliau mundur dari Ketua IPM dan digantikan oleh Pak Busyro. Acara mulai hangat, ketika Cak Nun dan Pak Busyro bergantian saling serang, saling gojek mengingat masa lalu mereka saat masih sekolah. Bahkan Pak Busyro memberi label "kiai mbeling" kepada Cak Nun. "Budayawan itu kalau disindir ndak boleh marah", kata Pak Busyro seraya disambut tawa para hadirin. Beliau melanjutkan, bahwa penegakkan hukum tidak boleh didasari atas kebencian, begitu juga menangani korupsi, maka acara dengan Tajuk "Negara Hukum, Manusia Akhlak" direncanakan diselenggarakan di beberapa kota lain. Pendekatan kepada masyrakat seperti acara tadi malam memang sepertinya akan lebih memberikan banyak manfaat, dibandingkan pemberitaan lewat media, nyatanya, media saja sudah korupsi berita. Menurut Cak Nun, hukum itu letaknya berada diluar diri manusia, yang berada didalam manusia adalah nurani dan akhlak. Jika nurani dan akhlak masih terjaga didalam diri manusia, maka sudah tidak diperlukan aparat penegak hukum, sudah tidak perlu ada polisi di sekitar lampu merah, ketika nurani dan akhlak sudah terbentuk, begitu lampu merah menyala, maka pengendara motor akan berhenti bukan karena ada pos polisi di dekat lampu merah, tapi karena nurani memberikan sinyal, bahwa lampu merah itu tandanya harus berhenti. Romo Sindhunata kemudian menyampaikan, bahwa Korupsi adalah perbuatan yang melawan nurani rakyat, korupsi adalah kejahatan kemanusiaan yang sudah sangat membahayakan di Indonesia, tiap hari bukan berkurang, malah bertambah banyak pelakunya. Menurut beliau, tnpa humanisme, maka Indonesia akan hancur. selaras dengan judul acara malam ini, bahwa Manusia Akhlak akan membangun sebuah negara yang bersih, membuat Negara Hukum menjadi lebih kuat.
Hukum itu letaknya diluar diri manusia, yang letaknya didalam diri manusia adalah nurani dan akhlak - Cak Nun
Kabareskrim, Pak Sutarman mengatakan, "KPK Lahir, karena ketidak mampuan Polisi dan Jaksa dalam menangani Korupsi", saat ini POLRI memiliki 44.000 penyidik di seluruh Indonesia, dan 97 penyidik di KPK, beliau menyadari, bahwa tidak mudah membuat mereka itu bersih, namun kita harus yakin pula, bahwa tidak semua polisi itu jelek, masih ada polisi yang benar-benar mnejalankan tugasnya dengan baik, sesuai amanah yang diberikan kepada mereka. Menurut Pak Sutarman, manusia sekarang ini keblinger, karena menjadikan uang dan jabatan sebagai tujuan hidup mereka. Sejatinya, jabatan adalah amanah, namun justru dijadikan target. Beliau mengajak para hadirin untuk bersama-sama menegakkan hukum dengan adil, jujur dan benar. Menurut Pak Dharmono, setidaknya ada 3 penyebab sesorang melakukan tindak korupsi, karena terpaksa, karena kebutuhan dan karena mentalitas. Terpaksa karena saat itu ia sedang membutuhkan dana yang besar, untuk biaya kesehatan, pendidikan atau yang lainnya, karena kebutuhan hidup, istrinya minta sesuatu, anaknya minta dibelikan ini itu, dan yang paling membahayakan adalah karena memang mentalnya sudah terbentuk mental korupsi. Yang terjadi saat ini bukan Ing Ngarso sung Tulodho, tapi justru Ing Ngarso Mumpung Kuoso, menurut Pak Dharmono, kosrupsi terjadi karena aji mumpung, mumpung berkuasa, mumpung sedang menjabat jabatan penting dan aji mumpung lainnya.

"Islam itu adalah input, outputnya adalah hubungan baik dengan sesama manusia", Cak Nun mencoba meralat salah seorang penanya yang mengatakan bahwa kriteria pemimpin harus dilihat juga dari sholatnya, ibadahnya dan lain sebagainya. Seorang aktifis Police Watch, Netapane hadir dan memberikan sebuah file data yang menunjukkan bahwa ada indikasi bahwa dana century mengalir ke RI 1 dan RI 2.

Acara semakin seru ketika Cak Nun, Pak Busyro dan Sudjiwo Tedjo saling serang gojekan. Mungkin hanya dalam acara tadi malam, seorang Busyro muqoddas dipisuhi oleh Cak Nun. Menurut Pak Busyro, faktor keluarga juga seharusnya menjadi pengawas seorang kepala keluarga dalam mencari nafkah, ketika seorang kepala keluarga pulang membawa sebuah mobil mewah atau uang yang banyak, seharusnya istri dan anak-anaknya menanyakan darimana asalnya, bukan justru mendorong untuk melakukan tindakan korupsi yang lebih besar lagi. Beliau menganalogikan, jika memiliki istri lebih dari 1, bisa jadi penyebab tindakan korupsi. Dari sektor migas, KPK baru saja menyelamatkan uang negara sebesar 156 Triliun yang sebelumnya sudah berada di luar negeri. Kemudian Cak Nun mengatakan "Kita masih optimis bahwa kita akan menuju Indonesia yang lebih baik, saya akan pasang badan, ikut bertanggung jawab jika ada apa-apa terhadap Pak Busyro".
Novia Kolopaking ft Kiai Kanjeng

Pak Chandra M Hamzah melengkapi apa yang disampaikan oleh Pak Busyro, "Yang kurang dari pemberantasan Korupsi di Indonesia adalah Niat". Tidak hanya niat dari pengak hukumnya, namun juga niat dari Presidennya, Anggota DPR-nya, menterinya dan semua elemen bangsa ini.

Acara ditutup dengan lagu "Kemesraan", seluruh narasumber bernyanyi bersama para hadirin, diiringi oleh Novia Kolopaking dan Kiai Kanjeng.

Kalau anda merasa masih kurang, silahkan searching di twitter dengan hastag #cnkkkpk , karena cukup banyak livetweet yang ramai di timeline tadi malam.
Read more…

Koruptor, “Guru Agama” Saya

Oleh Imron Supriyadi
Illustrasi: Karya D Zawawi Imron
Penangkapan puluhan koruptor oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), belakangan menjadi perbincangan hangat di kampung saya. Hampir setiap malam, dari tukang becak, ulama, aktivis, wartawan, karyawan perusahaan, mahasiswa, maling kambuhan, mantan agen ganja sampai pekerja seks komersil turut angkat bicara. Tentu dengan cara pandang dan ruang yang berbeda. Ada yang memuji ada pula yang menghujat. Sekali lagi, ini terjadi karena masing-masing teman saya punya sudut pandang dan argumentasi sendiri-sendiri.
“Kalau aku boleh memilih, lebih baik jadi koruptor dari pada jadi maling kambuhan,” ujar Mat, yang baru satu minggu keluar penjara akibat ketahuan menjual ganja di sebuah sekolah SMA.
“Lho?!” salah satu dainatara kami heran.
“Pencuri seperti aku, kalau tertangkap pasti nasibnya seperti rusa masuk perangkap singa. Muka babak belur. Hidung berdarah. Setiap pagi, bogem mentah polisi sudah pasti jadi sarapan pagi. Tapi kalau koruptor pasti dikawal ketat, didampingi oleh puluhan pengacara,” ujar Mat semaunya.
“Kalau aku pilih jadi WTS, sebab aku memang tidak punya peluang jadi koruptor. Lain halnya kalau pegawai atau anggota dewan, selain punya peluang, kesempatan memang ada, jadi yak klop! Lha, kalau aku? Namanya juga lonthe, apa yang mau dikorup? Kondom?” Lin menimpali.
Semua tertawa. Kiai Gombloh hanya geleng-geleng kepala. Agak sulit menterjemahkan gelengan itu. Antara setuju dan tidak setuju.
“Memang itulah kondisi hukum kita. Tajamnya hanya ke bawah. Kalau keatas tumpul! Bahasa kerennya, hukum kita itu seperti piramida terbalik, menukik ke bawah, bukan ketas!” kata Adi, salah satu mahasiswa semester tiga jurusan jurnalistik.
“Tapi mahasiswa juga punya peluang korup, Bung!” kata Fer, salah satu buruh tambang Batubara yang kariernya tak naik-naik.
“Mahasiswa?!” Adi mengernyitkan kening. “Oke. Tapi tidak semua. Kalau korup paling-paling motong uang proposal, lain tidak,” Adi setengah membela.
“Tapi namanya masih korupsi juga,” sergah Lin.
“Mestinya, kita berterima kasih kepada para koruptor,” Kiai Gombloh mencoba menengahi. Tapi ucapan Kiai Gomloh membuat kami heran. Kami saling pandang. Sebuah pertanyaan di benak kami masing-masing. Mengapa Kiai Gombloh bicara seperti itu?
Kiai sesaat tersenyum. Kian lama kian lebar. Giginya yang ompong makin jelas. Ia seperti mengetahui dengan apa yang terpikir di benak kami.
“Kok terima kasih, Kiai? Koruptor itu kan pencuri harta Negara, yang mengakibatkan kemiskinan di negeri ini makin meraja lela!?” Adi penasaran.
“Kalian tahu, mengapa ada koruptor?’ Kiai Gombloh tiba-tiba menyoal kami.
“Ya, karena mereka masih kurang duit,” Lin menjawab sekenanya.
“Bukan, tapi karena mereka rakus dengan harta,” Fer menimpali.
“Karena tidak bisa mengendalikan nafsu duniawi,” ujar Dika, salah satu remaja masjid di kampung kami.
“Kurang duit, rakus, tamak, nafsu duniawi. Sekarang siapa yang membuat mereka seperti itu? Kiai Majid makin membuat kami bingung.
“Ya, syetan, lah!” Dika menimpali.
Kiai memandang kami secara bergantian. Tak ada jawaban lain. Syetan!
“Syetan itu ciptaan siapa?” Lagi-lagi Kiai Gombloh bertanya.
“Nafsu!”
“Ya. Syetan itu sendiri!”
“Manusia yang tidak taat pada Allah, sehingga jadi syetan!”
“Syetan itu mahluk,” Kiai Gombloh mulai memberi gambaran arah jawaban. “Kalau syetan itu mahluk, jadi syetan itu ciptaan siapa?” Kiai Gombloh memancing.
“Ya, jelas Allah!” Dika langsung tanggap.
“Kalau begitu, koruptor itu yang menciptakan juga Allah! Setuju?!” Kiai Gombloh menambah kami bingung harus menjawab apa. Kami hanya bengong.
“Kalau itu ciptaan Allah, masalahnya mengapa Allah harus menciptakan koruptor? Sementara Allah mengendaki kebaikan bagi umatnya?” Dika menjawab lagi.
“Wah, tidak sia-sia jadi remaja masjid, makin pintar ilmu agama saja, kamu,” Lin memuji. Dika hanya mesem-mesem. Yang lain tidak menggubris. Kami masih serius. Otak kami makin dibebani oleh ragam pertanyaan dari beberapa kalimat yang diucapkan Kiai Gombloh.
“Itu sengaja diciptakan Allah! Demikian juga syetan!”
“Sengaja?!” kami saling pandang.
Ucapan Kiai Gombloh sejenak terhenti ketika ia menyalakan sebatang rokok.
“Jadi, praktik korupsi dan koruptornya itu diciptakan oleh Allah, sama seperti Allah menciptakan syetan! Itu semua disetting sedemiian rupa oleh Allah!” Kiai Gombloh mulai rinci menjelaskan. Tapi kami belum juga mengerti kemana arah pembicaraanya.
“Kalau kita main sepak bola, kemudian kita tidak punya musuh, kira-kira kalau kalau kita berhasil mencetak sebelas gol berharga atau tidak?” Kiai bertanya lagi.
“Ya, enggak, lah, Kiai! Satu gol jadi berharga sepatu emas, karena tim-nya ada lawan main. Kalau tidak, sama saja bohong!” ujar Fer pengagum Ronaldinho asal Brazil.
“Nah, sudah jelas kan jawabannya. Jadi syetan yang mengangu manusia yang kemudian korupsi itu sengaja diciptakan Allah supaya manusia ada lawan main,” kali ini Kiai Gombloh tertawa. Tapi kami bengong.
“Syetan itu dibuat lawan bagi manusia. Koruptor juga diciptakan untuk lawan bagi kelompok manusia yang anti korupsi, supaya ada perbandingan siapa manusia yang benar-benar akan mendapat rahmat dan siapa manusia yang akan mendapat laknat. Kalau kalian tetap menahan kemiskinan dengan menghindarkan tindakan korupsi, berarti kemiskinanmu itu rahmat, karena kamu masih dipelihara oleh Allah dari peluang melakukan korupsi,” penjelasan Kiai Gombloh mulai membuka nalar kami.
“Kalau dibiarkan korupsi?” Dika penasaran.
“Itu pintu rahmat Allah!” Kalimat Kiai Gombloh membuat bingung lagi.
“Tidak selamanya koruptor itu akan terus menerus melakukan korupsi. Pada saatnya nanti, koruptor itu akan diantarkan ke pintu rahmat Allah. Orang mabuk juga tidak akan selamanya menjadi pemabuk. Pasti ada waktu berhentinya, apakah kematian atau berhenti dengan sendirinya,” ucapan Kiai Gombloh belum bisa diterima dalam akal kami. Kiai Gombloh memandang kami lagi secara bergantian.
“Koruptor itu sebenarnya sedang dibimbing Allah supaya pada saatnya nanti dia akan kembali bertemu dengan Allah. Kamu lihat kan, salah satu pelaku korupsi yang dijatuhi hukuman, lalu di hadapan pengadilan dengan menangis dia mengucapkan kalimat Allah ; Ya Allah mengapa kau beri cobaan seperti ini. Dalam posisi itu, sang koruptor tidak punya lagi pembela, pangacara atau hakim tempat ia bergantung kecuali Allah Swt,” Kiai mencontohkan sebuah kasus.
Kami terdiam. Ada pencerahan yang seketika marasuk dalam otak dan hati kami. Betapa koruptor itu telah “mengajarkan agama” pada saya dan teman-teman. Selama ini, saya dan sebagian teman saya lebih banyak bergantung pada uang, jabatan dan pekerjaan. Sementara, semua itu adalah mahluk, yang tidak wajar menjadi tempat kami bergantung.
“Kalau pemabuk bisa juga dapat pintu rahmat, Kiai?” Rid, preman pasar yang masih getol mabuk tiba-tiba membuyarkan keheningan.
“Bajigan tengik, yang hampir mati gara-gara kebanyakan minum minuman keras, biasanya badannya menggigil. Detak jantungnya makin kencang. Matanya terpejam. Kematian seperti sudah terasa semakin dekat. Tetapi diujung bibirnya muncul kalimat kepasrahan kepada Allah. Dia tetap menyebut kalimat Allah; Ya Allah ya robbi, seandainya sampai besok pagi aku masih diberi waktu untuk melihat matahari, maka aku berjanji, aku akan bertaubat ya Allah. Aku mohon Ya Allah. Kini hidup matiku hanya ditangan Engkau,” ujar Kiai sambil memperagakan seorang peminum yang sakau.
Kami benar-benar melihat seorang pacandu yang hampir mati kali itu. Kiai Gombloh begitu piawai memerankan sosok pecandu yang tengah di ambang kematian. Kami tidak tahu dari mana Kiai Gombloh belajar penjiwaan itu. Mungkin Kiai Gombloh Majid pernah belajar teater. (*)
(Penulis adalah Pelaku Sastra tinggal di Palembang)


Read more…

Bicara Korupsi dalam Dialog Kebudayaan

oleh Odi Shalahuddin

Korupsi, persoalan yang terasa mendarah daging dan telah membuat kita muak menyaksikan berbagai kasus yang terus saja terjadi yang melibatkan para petinggi negeri, yang seharusnya memberi tauladan dan bekerja keras bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa ini. Banyak kasus-kasus besar tampaknya mengambang, sehingga terkesan tebang pilih.

Maka, merupakan  hal menarik apabila institusi-institusi penting yang bekerja dalam penanganan korupsi bisa duduk bersama dan berdialog dengan berbagai elemen masyarakat untuk membahas dan mencari beragam alternatif untuk mencegah dan menangani korupsi.

Itulah yang baru saja terjadi, pada malam tadi (30/11), ketika para petinggi institusi-institusi tersebut bisa duduk bersama dalam suasana yang santai dalam acara  ”Dialog Kebudayaan: Negara Hukum, Manusia Akhlak” yang berlangsung di Pendopo Taman Siswa, Yogyakarta. Hadir dalam acara ini yaitu Busyro Muqodas (Ketua KPK), Darmono (Wakil Jaksa Agung) dan Komisaris Jendral Sutarman (Kabareskrim Mabes Polri). Acara yang dipandu oleh Emha Ainun Nadjib atau dikenal dengan panggilan akrab Cak Nun, juga menghadirkan para budayawan, akademisi dan rohaniawan yaitu Ahmad Sobari, Sujiwo Tedjo, Romo Sindhunata, dan Dr. Pratikto. Tampak terlihat wakil Ketua KPK, Candra Hamzah dan  beberapa orang jajaran dari KPK, para pejabat Pemerintah Provinsi DIY dan Kabupaten, para aktivis Organisasi Non Pemerintah, aktivis kemahasiswaan, dan berbagai elemen masyarakat sipil lainnya.  Acara yang dihadiri sekitar 1,000 orang yang memenuhi seluruh ruang pendopo, termasuk juga yang rela duduk di halaman dengan menyaksikan melalui layar yang disediakan, semakin semarak dengan kehadiran kelompok musik  Kyai Kanjeng bersama  Novia Kolapaking.

“Saya tidak ikut menyediakan pemikiran apa-apa. Saya hanya menyediakan tempat dan mengundang hadirin yang saya yakin bisa bersifat obyektif. Saya jamin  mereka akan mendengarkan dengan kejujuran, ketulusan hati, dan bergalon-galon cinta,” Cak Nun membuka acara dialog budaya ini.

Ketrampilan Cak Nun membawa acara ini dengan guyonan-guyonan yang segar dan komentar-komentar yang kritis, serta pernyataan-pernyataan yang menyejukkan, membuat para hadirin sungguh-sungguh bisa menikmati dialog kebudayaan ini dengan serius tapi bisa berlangsung santai penuh tawa. Terlebih ketika  saling lempar joke antara Cak Nun dengan Busyro Muqodas, yang merupakan teman ketika di SMA.

Ruang tanpa jarak dengan model lesehan seakan bisa mendekatkan para pejabat tinggi dari institusi hukum ini dengan masyarakat.

“Negara kita berdasarkan  prinsip hukum. Untuk melaksanakan, perlu manusia yang berakhlak, beretika dan bermoral. Ini yang lebih esensial. Penegakan hukum memerlukan kekompakan hadirnya manusia-manusia macam itu. Jadi penegakan hukum tidak berdasar pada kebencian.  Rakyat harus diberdayakan juga untuk penegakan hukum dan jangan hanya mengandalkan  KPK, Kejaksaan Agung dan Kepolisian.  Bila rakyat berdaya, maka tugas penegakan hukum bisa diringankan.” tutur Busyro Muqodas di awal pembicaraan.

Sedangkan Komjen Sutarman menyatakan bahwa semua yang hadir di tempat itu pasti tidak menyukai korupsi. Tapi persoalannya, korupsi masih saja terus berlangsung dan menjadi kejahatan yang  luar biasa sehingga penanganannyapun harus luar biasa. “Budaya-budaya yang berlaku namun tidak baik dan kemudian dikriminalisasi, maka dianggap sebagai kejahatan. Misalnya dulu dianggap biasa bila seseorang punya hajatan sunatan atau mantenan, bila tidak lapor ke KPK, bisa dianggap gratifikasi,”

Lebih lanjut dikatakan: “Kalau Polri mampu, dan Kejaksaan juga mampu mengatasi korupsi, maka tidak perlu ada KPK. Adanya KPK karena ketidakmampuan kami bersama jajaran staff mengatasi persoalan korupsi,”

Hal inilah yang tampaknya direspon oleh Cak Nun dengan melontarkan pertanyaan kepada para hadirin. “Kalian apakah merasa nyaman apa tidak aman dengan kepolisian?”

“Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkk”

“Kalian merasa aman dan nyaman dengan Kejaksaan?”

“Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkk”

“kalian merasa aman dan nyaman dengan KPK?”

Suara terpecah, ada yang menyatakan “ya” dan ada pula yang mengatakan “tidak”.

“Malam hari ini tujuan Pak Busryo, adalah membangun sinergi ketiga institusi ini agar bisa memberikan rasa aman dan nyaman rakyat. Tapi bila tidak stimultan, maka bisa jadi KPK juga akan membuat orang tidak aman dan nyaman. Kita bisa mendukung dengan mengontrol kepolisian, kejaksaan dan KPK agar bisa tercipta rasa aman dan nyaman bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena itu, kita harus dukung,” kata Cak Nun.

“Berbicara tentang bangsa adalah berbicara tentang apa yang seharusnya dilakukan tapi tidak dilakukan. Masalah bangsa yang kita hadapi sekarang ini sangat banyak sekali. Dari berbagai masalah, masalah yang paling menyita perhatian kita adalah carut marutnya penyelenggaraan pemerintahan dan penegakan hukum. Ini disebabkan sistem ketatanegaraan yang masih buruk,” demikian dikatakan oleh Darmono, Wakil Jaksa Agung RR.

Pada saat dialog, lontaran pertanyaan dari peserta banyak menyoroti tentang penanganan kasus-kasus korupsi yang tampaknya tidak serius ditangani, seperti kasus Bank Century. Peserta juga menantang keberanian KPK, kepolisian dan Kejaksaan untuk berani membongkar kasus-kasus korupsi yang “diduga” melibatkan para pejabat tinggi.

Seorang peserta dari Police Watch sempat menyerahkan data-data yang diakuinya sebagai data tentang aliran dana ke SBY dan Budiono. “Ini bisa juga menjadi bahan untuk di cross chek. Dan semoga bilamana perlu bisa menjadi bahan  untuk memeriksa SBY,” katanya sambil menyerahkan copy data tersebut kepada Busyro Muqodas.

Apa isi data itu? Entahlah. Semoga memang bisa membuka kasus yang menggegerkan dan membuat gemas kita semua karena belum ada penyelesaiannya.



Read more…

Festival Remaja Antikorupsi Diramaikan 10 Band

Jakarta - Festival Remaja Antikorupsi kembali digelar dalam rangka Hari Antikorupsi Internasional 9 Desember 2011. Rangkaian festival yang dihelat Suara Pemuda Antikorupsi (Speak) dimulai sejak 4 November lalu hingga 10 Desember mendatang.

"Speak Festival hadir sebagai perayaan sikap kritis anak muda," kata Retha Dungga dari Transparency International Indonesia, di Kantor TII Jakarta, Sabtu, 3 Desember 2011.

Agus Sarwono dari Speak menjelaskan, acara puncak yang digelar pada hari terakhir akan dimeriahkan sepuluh penyanyi dan band, serta sejumlah komunitas seni. Kelompok musik yang akan mengisi acara adalah Bangku Taman, Morfem, Anda Perdana, Efek Rumah Kaca, Sir Dandy, The Trees and The Wild, Resposito, Roots, Seringai, dan Brndls.

Sedangkan komunitas seni dan budaya yang akan mendukung acara adalah Komunitas Karinding Merinding, Teater Sepeda Pintar, Spitwall, Peri Kertas, Propagraphic Movement, Galeri Bautanah, dan Teater Nadi. Hadirnya mereka memberi warna sedikit beda dengan acara puncak Speak tahun lalu, yang "hanya" diisi pagelaran musik.

Retha mengaku, membujuk mereka untuk terlibat dalam acara tak sesulit yang diperkirakan. Mereka pun rela dibayar jauh di bawah standar, dengan alasan mendukung program Speak yang menargetkan Festival sebagai media transformasi pikiran dan ide pemberantasan korupsi, ajakan berpikir kritis, serta bersikap jujur.

Menurut Agus, pihaknya memang memilih cara berbeda dalam mensosialisasikan sikap antikorupsi ke anak muda. Ia menilai, cara konvensional melawan korupsi selama ini, cenderung sulit diterima remaja. "Pendekatannya memang beda. Kalau kita ngajak nenteng poster di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, kayaknya berat."

Kegiatan Speak didukung sejumlah lembaga seperti TII, KPK, Indonesia Corruption Watch, Danida, USAID, MSI, dan UNODC. "KPK support banget ke kegiatan kami. Karena apa yang kami lakukan sangat berbeda dengan pendekatan mereka selama ini. Dan ternyata mereka tertarik dengan ide kami," ujar Retha.

Sejak 4 November lalu, TII dan Speak sudah menggelar sejumlah kegiatan. Seperti lomba e-wallpaper, video PSA, dan debat. Semua lomba tersebut, menurut Retha, bertujuan mengajak anak muda menyuarakan perlawanan terhadap korupsi. Dalam lomba debat misalnya, peserta diminta membuat esai bertema "Indonesia Bersih dari Korupsi, Mungkinkah?".

Pemenang lomba akan diumumkan pada acara puncak yang berlangsung 10 Desember mendatang di Lapangan Bola Blok S, Jakarta Selatan. Acara yang dimulai sejak pukul 10.00 hingga 21.00, tidak dipungut biaya.

ISMA SAVITRI/TEMPO.CO,
Read more…

Hartono Bersaudara Masih Orang Terkaya Indonesia


JAKARTA, KOMPAS.com - Kendati situasi perekonomian global bergejolak, nilai kekayaan orang kaya di Indonesia justru meningkat. Majalah Forbes menghitung, nilai kekayaan para triliuner Indonesia secara rata-rata meningkat 19 persen.

Forbes Rabu (23/11/2011) waktu setempat, merilis posisi orang terkaya Indonesia teratas masih dipegang oleh Hartono bersaudara. Selanjutnya, Susilo Wonowidjojo dan Eka Tjipta Widjaja. Nilai kekayaan ketiga orang tersebut mencapai 32,5 miliar dollar AS atau 38 persen dari total kekayaan 40 orang terkaya di Indonesia.

Kekayaan Aburizal Bakrie justru melorot tajam. Kekayaan Aburizal diperkirakan melorot setelah menjual setengah dari sahamnya di PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Nilai kekayaan Ketua Umum Partai Golongan Karya ini melorot sebesar 57 persen menjadi 1,2 miliar dollar AS.

Dari 40 orang kaya ini, ada lima pendatang baru yakni Samin Tan. Lalu ada Achmad "Met" Hamami yang menjadi bos distributor alat berat Cartepillar dan Djoko Susanto, bekas mitra Putera Sampoerna.

Djoko adalah pemilik jaringan ritel Alfamart. Dia menduduki posisi 25 dengan nilai kekayaan sebesar 1,04 miliar dollar AS. (Edy Can/Kontan)
Read more…

Daftar 40 Orang Terkaya Indonesia

JAKARTA, KOMPAS.comMeskipun kondisi perekonomian global sedang gonjang-ganjing, perekonomian Indonesia masih tetap melaju. Hal itu tecermin dari meningkatnya produk domestik bruto Indonesia  hingga 70 persen dan pasar modal Indonesia juga naik 3 persen.

Hal tersebut, menurut Forbes, membantu meningkatkan total kekayaan 40 orang kaya Indonesia tahun ini hingga 19 persen menjadi 85,1 miliar dollar AS.

Gabungan total kekayaan tiga orang terkaya Indonesia, yakni Hartono bersaudara, Susilo Wonowidjojo, dan Eka Tjipta Widjaja, yang mencapai 32,5 miliar dollar AS, merepresentasikan 38 persen dari total gabungan kekayaan para miliuner Indonesia tersebut.
Berikut daftar 40 orang terkaya di Indonesia yang dirilis Forbes Rabu (23/11/2011) waktu setempat:

1. R Budi dan Michael Hartono (14 miliar dollar AS)
2. Susilo Wonowidjojo (10 miliar dollar AS)
3. Eka Tjipta Widjaja (8 miliar dollar AS)
4. Low Tuck Kwong (3,7 miliar dollar AS)
5. Anthoni Salim (3,6 miliar dollar AS)
6. Sukanto Tanoto (2,8 miliar dollar AS)
7. Martua Sitorus (2,7 miliar dollar AS)
8. Peter Sondakh (2,6 miliar dollar AS)
9. Putera Sampoerna (2,4 miliar dollar AS)
10. Achmad Hamami (2,2 miliar dollar AS)
11. Chairul Tanjung (2,1 miliar dollar AS)
12. Boenjamin Setiawan (2 miliar dollar AS)
13. Sri Prakash Lohia (1,7 miliar dollar AS)
14. Murdaya Poo (1,5 miliar dollar AS)
15. Tahir (1,4 miliar dollar AS)
16. Edwin Soeryadjaya (1,35 miliar dollar AS)
17. Kiki Barki (1,3 miliar dollar AS)
18. Garibaldi Thohir (1,3 miliar dollar AS)
19. Sjamsul Nursalim (1,22 miliar dollar AS)
20. Ciliandra Fangiono (1,210 miliar dollar AS)
21. Eddy Wiliam Katuari (1,2 miliar dollar AS)
22. Hary Tanoesoedibjo (1,19 miliar dollar AS)
23. Kartini Muljadi (1,15 miliar dollar AS)
24. TP Rachmat (1,140 miliar dollar AS)
25. Djoko Susanto (1,040 miliar dollar AS)
26. Harjo Sutanto (1 miliar dollar AS)
27. Ciputra (950 juta dollar AS)
28. Samin Tan (940 juta dollar AS)
29. Benny Subianto (900 juta dollar AS)
30. Aburizal Bakrie (890 juta dollar AS)
31. Engki Wibowo dan Jenny Quantero (810 juta dollar AS)
32. Hashim Djojohadikusumo (790 juta dollar AS)
33. Soegiarto Adikoesoemo (770 juta dollar AS)
34. Kuncoro Wibowo (730 juta dollar AS)
35. Muhammad Aksa Mahmud (710 dollar dolar AS)
36. Husain Sjojonegoro (700 juta dollar AS)
37. Sandiaga Uno (660 juta dollar AS)
38. Mochtar Riady (650 juta dollar AS)
39. Triatma Haliman (640 juta dollar AS)
40. Handojo Santosa (630 juta dolar AS)
Read more…

Alasan Matematis Kenapa Korupsi Susah Diberantas di Indonesia (Fakta)


Korupsi memang menjadi momok bagi semua aspek dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak hanya aspek ekonomi melainkan aspek politis pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan lainnya. Yang paling parah adalah dengan maraknya budaya korupsi moral dan akhlak suatu bangsa bisa sangat rusak karena hal tersebut sama halnya dengan mengisap darah kaum miskin dan rakyat pada umumnya. Oleh karenanya kenapa kita semua menginginkan praktek korupsi bisa diberantas habis sampai ke akar-akarnya dari bumi pertiwi yang tercinta ini. Namun sejauh ini kenapa upaya pemberantasan korupsi sangat sulit dicapai, pasti selalu ada saja pihak yang merasa dirugikan dengan adanya upaya pemberantasan korupsi, siapa mereka tentunya mereka adalah pihak-pihak yang selama ini diuntungkan oleh praktek korupsi.

Mari kita mencoba menghitung secara matematis alias hitung-hitungan angka kenapa korupsi susah sekali diberantas di Indonesia, inilah kira kira hitungan matematisnya.

Pertama, mari kita asumsikan nilai semua huruf abjad berderet mulai dari A=1 , B = 2 dan seterusnya seperti tabel dibawah ini:


Lalu mari kita hitung satu demi satu komponen-komponen yang mendukung kepada sebuah kesuksesan, karena umumnya orang dalam hidupnya harus menggunakan komponen ini untuk mencapai kesuksesan dalam hidup.


1. Komponen Kerja Keras (Hardwork)
H-A-R-D-W-O-R-K (kerja keras)
8 + 1 + 18 + 4 + 23 + 15 + 18 + 11 = 98% , artinya dengan melakukan
kerja keras kita punya potensi mencapai kesuksesan sebesar 98 persen.



2. Komponen Wawasan dan Pengetahuan (Knowledge)
K-N-O-W-L-E- D-G-E (pengetahuan)
11 + 14 + 15 + 23 + 12 + 5 + 4 + 7 + 5 = 96% , artinya dengan memiliki
pengetahuan (knowledge) kita punya potensi mencapai kesuksesan
sebesar 96 persen.


3. Komponen Pendekatan Pribadi (Lobbying)
L-O-B-B-Y-I- N-G (pendekatan)
12 + 15 + 2 + 2 + 25 + 9 + 14 + 7 = 86%, artinya dengan memiliki
kemampuan lobbying yang bagus kita punya potensi mencapai kesuksesan
sebesar 86 persen.


4. Komponen Keberuntungan (Lucky)
L-U-C-K-Y (keberuntungan)
12 + 21 + 3 + 11+25 = 72%, artinya faktor keberuntungan ternyata
hanya menyumbang 72 persen dari proses mencapai sebuah kesuksesan.


5. Komponen Sikap ( Attitude)
A-T-T-I-T-U-D-E (sikap/tingkah laku)
1 + 20 + 20 + 9 + 20 + 21 + 4 + 5 = 100%, luar biasa, bila anda ingin
sepenuhnya sukses dengan meyakinkan maka benahilah sikap dan tingkah
laku Anda karena itulah komponen terbesar dari sebuah kesuksesan.


Sayangnya kita harus menyesuaikan dengan konten atau kandungan lokal bila ingin diterapkan di Indonesia, yaitu kita perlu sesuaikan dengan bahasa kita, karena komponen diatas adalah komponen import, nah bila diterapkan disini atau di translate ternyata akan menjadi seperti ini hasilnya



1. Komponen Gigih (Hardwork)
7 + 9 + 7 + 9 + 8 = 40 % punya komponen gigih di sini cuma bisa
memberikan kontribusi pada kesuksesan sebesar 40 persen saja


2. Komponen Ilmu (Knowledge)
I-L-M-U (Knowledge)
9 + 12 + 13 + 21 = 55 % punya ilmu yang cukup disini hanya memberikan
kontribusi sebesar 55 persen dari sebuah kesuksesan di sini.



3. Komponen Lobi (Lobbying)
L-O-B-I (Lobbying)
12 + 15 + 2 + 9 = 38% lihai dalam melobi cuma bisa memberikan
kontribusi 38 persen pada pencapaian kesuksesan


4. Mujur (Lucky)
M-U-J-U-R (Lucky)
13 + 21 + 10 + 21 + 18 = 83%, wih lumayan besar nih faktor mujur untuk
menggapai sebuah kesuksesan di negeri ini, pantesan banyak yang punya
nama Untung, lalu bejo ternyata kontribusinya besar jauh meninggalkan
faktor komponen lain.


5. Sikap (Attitude)
S-I-K-A-P
19 + 9 + 11 + 1 + 16 = 46%, punya sikap yang bagus ternyata di negeri
ini tidak terlalu signifikan untuk menggapai sukses beda dengan di negeri
bule sono yang mana sikap bisa mendukung kesuksesan hingga 100
persen, lalu apa dong komponen yang lebih banyak menjadikan orang
sukses di negeri ini, ternyata……………..






11 + 15 + 18 + 21 + 16 + 19 + 9 = 109 %
Gilaaaaa, Bussyettttttttt makanya kebanyakan orang berhasil di Indonesia kok terlibat Korupsi ini dia biangnya.

Kalau begitu kita tiru aja orang seberang samudera sana untuk sukses, yaitu dengan memperbaiki Sikap kita gimana gan???

Berantas Korupsi dari Bumi Pertiwi tercinta ini.
Jika Berkenan

Sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=9661547
Read more…

Adu Hebat Korupsi

Suatu hari, diadakan pertemuan koruptor dari seluruh dunia. Mereka saling membanggakan kelebihan mereka dalam korupsi. Berikut percakapan mereka.
Koruptor Negara C : Di negara saya, korupsi dilakukan di bawah meja.


Sebab kalo ketahuan, pasti digantung.
Koruptor Negara N : Di negara saya, korupsi dilakukan di atas meja.


Sebab sudah bukan hal yang aneh lagi.
Koruptor Negara A : Di negara saya, korupsi dilakukan bisa di atas meja atau di bawah meja,


tergantung kebijakan politik negara saya.
Koruptor Negara I : Mengapa kalian segitu saja bangga?


Di negara saya, korupsi bukan hanya di atas meja atau di bawah meja,


MEJANYA PUN KAMI KORUPSI!!!!
"Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka."

Sumber: http://www.ketawa.com/
Read more…

Negara Terkorup se Asia

Ditengah gegap gempita pertumbuhan ekonomi yang positif pada tahun 2009 silam, ternyata Indonesia merupakan negara paling korup dari 16 negara Asia Pasifik yang menjadi tujuan investasi para pelaku bisnis. Itulah hasil survei pelaku bisnis yang dirilis Senin, 8 Maret 2010 oleh perusahaan konsultan “Political & Economic Risk Consultancy” (PERC) yang berbasis di Hong Kong [1]. Penilaian didasarkan atas pandangan ekskutif bisnis yang menjalankan usaha di 16 negara terpilih. Total responden adalah 2,174 dari berbagai kalangan eksekutif kelas menengah dan atas di Asia, Australia, dan Amerika Serikat.

Berikut ini adalah daftar 16 Negara Terkorup di Asia Pasifik* oleh PERC 2010

1.    Indonesia (terkorup)
2.    Kamboja (korup)
3.    Vietnam (korup)
4.    Filipina (korup)
5.    Thailand
6.    India  > China
7.    Taiwan
8.    Korea  > Macau
9.    Malaysia
10.    Jepang
11.    AmerikaSerikat (bersih)
12.    Hong Kong (bersih)
13.    Australia (bersih)
14.    Singapura (terbersih)
15.   
Catatan * : Negara Asia-Pasifik yang disurvei adalah negara yang memiliki kemajuan ekonomi cukup pesat di kawasannya dalam beberapa tahun terakhir.

2008
Hasil survei PERC ini menyebutkan Indonesia mencetak nilai 9,07 dari angka 10 sebagai negara paling korup 2010. Ini berarti selama 2 tahun terakhir pemerintah SBY, Indonesia mendapat citra semakin memprihatinkan dalam hal tindakan hal korupsi. Pada tahun 2008, Indonesia menduduki posisi ke-3 dengan nilai tingkat korupsi 7.98 setelah Filipina (tingkat korupsi 9.0) dan Thailand (tingkat korupsi 8.0). [2]

2009
Angka tingkat korupsi Indonesia semakin meningkat ditahun 2009 dibanding tahun 2008. Pada tahun 2009, Indonesia ‘berhasil’ menyabet prestasi sebagai negara terkorup dari 16 negara surveilances dari PERC 2009. Indonesia mendapat nilai korupsi 8.32 disusul Thailand (7.63), Kamboja (7,25), India (7,21) and Vietnam (7,11), Filipina (7,0). Sementara Singapura (1,07) , Hongkong (1,89), dan Australia (2,4) menempati tiga besar negara terbersih, meskipun ada dugaan kecurangan sektor privat. Sementara Amerika Serikat menempati urutan keempat dengan skor 2,89. [3]

Jadi, dari data PERC 2010, maka dalam kurun 2008-2010, peringkat korupsi Indonesia meningkat dari 7.98 (2008.), 8.32 (2009) dan naik menjadi 9.07 (2010) dibanding dengan 16 negara Asia Pasifik lainnya. “Prestasi” dashyat ini bukanlah hal yang mengejutkan. Apabila Pak SBY selama ini suka mengklaim keberhasilan tindakan pemberantasan korupsi KPK seolah-olah kinerja pemerintahannya, maka kasus kriminalisasi pimpinan KPK (Bibit dan Chandra) setidaknya telah menurunkan kepercayaan pengusaha atas hasrat pemerintah bersama jajarannya dalam memberantas korupsi.

Ini juga memberi bukti bahwa tidaklah elok pemerintah SBY mengklaim keberhasilan KPK sebagai keberhasilan pemerintah SBY. Karena sumber terbesar permasalahan korupsi masih berada dalam kekuasaan Presiden SBY yakni lembaga Kepolisian dan Kejaksaan. Belum lagi tindakan koruptif yang dilakukan oleh sejumlah pejabat pemerintah di berbagai instansi baik di pusat maupun daerah serta korupsi berjam’ah anggota legislatif dan kehakiman.

Sumber: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2222405-negara-terkorup-se-asia/#ixzz1chL2E7qa

Read more…

Mendukung Munculnya Korupsi Serta Dampaknya

Kondisi yang mendukung munculnya korupsi
  • Konsentrasi kekuasan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab langsung kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim yang bukan demokratik.
  • Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah
  • Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar dari pendanaan politik yang normal.
  • Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.
  • Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan "teman lama".
  • Lemahnya ketertiban hukum.
  • Lemahnya profesi hukum.
  • Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa.
  • Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil.
Mengenai kurangnya gaji atau pendapatan pegawai negeri dibanding dengan kebutuhan hidup yang makin hari makin meningkat pernah di kupas oleh B Soedarsono yang menyatakan antara lain " pada umumnya orang menghubung-hubungkan tumbuh suburnya korupsi sebab yang paling gampang dihubungkan adalah kurangnya gaji pejabat-pejabat....." namun B Soedarsono juga sadar bahwa hal tersebut tidaklah mutlak karena banyaknya faktor yang bekerja dan saling memengaruhi satu sama lain. Kurangnya gaji bukanlah faktor yang paling menentukan, orang-orang yang berkecukupan banyak yang melakukan korupsi. Namun demikian kurangnya gaji dan pendapatan pegawai negeri memang faktor yang paling menonjol dalam arti merata dan meluasnya korupsi di Indonesia, hal ini dikemukakan oleh Guy J Parker dalam tulisannya berjudul "Indonesia 1979: The Record of three decades (Asia Survey Vol. XX No. 2, 1980 : 123). Begitu pula J.W Schoorl mengatakan bahwa " di Indonesia di bagian pertama tahun 1960 situasi begitu merosot sehingga untuk sebagian besar golongan dari pegawai, gaji sebulan hanya sekadar cukup untuk makan selama dua minggu. Dapat dipahami bahwa dalam situasi demikian memaksa para pegawai mencari tambahan dan banyak diantaranya mereka mendapatkan dengan meminta uang ekstra untuk pelayanan yang diberikan". ( Sumber buku "Pemberantasan Korupsi karya Andi Hamzah, 2007)
Rakyat yang cuek, tidak tertarik, atau mudah dibohongi yang gagal memberikan perhatian yang cukup ke pemilihan umum. Ketidakadaannya kontrol yang cukup untuk mencegah penyuapan atau "sumbangan kampanye".

Dampak Negativ
Demokrasi
Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam dunia politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good governance) dengan cara menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan umum dan di badan legislatif mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem pengadilan menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di pemerintahan publik menghasilkan ketidak-seimbangan dalam pelayanan masyarakat. Secara umum, korupsi mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.

Ekonomi
Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dan mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan.
Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor private, korupsi meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan risiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan. Walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus yang baru muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan hambatan baru. Dimana korupsi menyebabkan inflasi ongkos niaga, korupsi juga mengacaukan "lapangan perniagaan". Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi dari persaingan dan sebagai hasilnya mempertahankan perusahaan-perusahaan yang tidak efisien.

Kesejahteraan umum negara
Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi warga negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering menguntungkan pemberi sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi adalah bagaimana politikus membuat peraturan yang melindungi perusahaan besar, namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil (SME). Politikus-politikus "pro-bisnis" ini hanya mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yang memberikan sumbangan besar kepada kampanye pemilu mereka
Read more…

Inilah 5 Orang "Paling Terkaya" di Indonesia tahun 2011

Setiap tahunnya, sejumlah majalah ekonomi dan bisnis membuat daftar orang Indonesia terkaya.
Khusus tahun 2011 ini, deretan orang terkaya ternyata masih diraih pengusaha di bidang sumber daya alam yang memang melimpah di negeri ini.

1. Eka Tjipta Widjaja, Sinar Mas Grup (Rp108 triliun)
Kekayaan tahun ini : US$12 miliar/Rp108 triliun
Kekayaan tahun lalu: US$4 miliar, rangking 2
Tahun ini, pria 88 tahun ini memperoleh pendapatan yang sangat tinggi dari kenaikan harga komoditas di pasar dunia.
Eka adalah pengusaha dengan bisnis inti komoditas yakni perkebunan, pulp & paper, pertambangan, juga memiliki bisnis properti dan bank.
2. Budi Hartono dan Michael Hartono, Djarum Grup (Rp103,5 triliun)
Kekayaan tahun ini : US$11,5 miliar/Rp103,5 triliun
Kekayaan tahun lalu: US$4,8 miliar, rangking 1
Dua kakak beradik yang masing-masing berumur 70 tahun dan 71 tahun ini adalah dua orang terus masuk daftar orang terkaya di Indonesia.
Selain di bisnis rokok Djarum dan turunannya, mereka juga pemegang saham signifikan di BCA.
3. Anthony Salim, Salim Grup (Rp72 triliun)
Kekayaan tahun ini : US$8 miliar/Rp72 triliun
Kekayaan tahun lalu: US$3,6 miliar, rangking 3
Pria 62 tahun ini memang lahir dari keluarga miliuner.
Selain menjadi pemegang saham mayoritas grup Indofood, dia juga memiliki bisnis perkebunan, telekomunikasi, dan industri.

4. Martua Sitorus, Wilmar International Holding (Rp36 triliun)
Kekayaan tahun ini : US$4 miliar/Rp36 triliun
Kekayaan tahun lalu: US$2,5 miliar, rangking 5
Martua adalah pria Indonesia berusia 51 tahun yang memiliki kantor utama di Singapura bernama Wilmar International.
Bisnisnya juga bergerak di bidang komoditas, mulai dari sawit, biodiesel, dan seterusnya.

5. Aburizal Bakrie, Bakrie Grup (Rp34,2triliun)
Kekayaan tahun ini : US$3,8 miliar/Rp34,2 triliun
Kekayaan tahun lalu: US$2,6 miliar, rangking 4
Pria 64 tahun ini memiliki sejumlah aktivis bisnis, selain juga aktif politikus sebagai Ketua Partai Golkar.
Saat ini, dia memiliki bisnis pertambangan , perkebunan, infrastruktur, telekomunikasi, hingga properti.
 
Read more…

Publik Tak Percaya Lagi pada Kiprah Politisi Muda

Jakarta - Kepercayaan publik pada kiprah politisi muda sudah tidak lagi signifikan. Politisi muda dinilai gagal mereformasi tatanan politik. Alih-alih memberikan kontribusi pada perubahan pemerintahan, politisi muda justru menunjukkan kiprah yang mengecewakan.

Hasil survey yang dirilis Lingkaran Survey Indonesia dalam memperingati hari sumpah pemuda menunjukkan, hanya 24,8 persen responden yang menyatakan prilaku politik politisi muda yang baik. "Ini bukti masih rendahnya kepercayaan publik pada politisi muda," ujar peneliti LSI, Adjie Alfarabi, di kantornya Ahad, 30 Oktober 2011.

Menurut survey yang dilaksanakan pada 5-10 September 2011 ini, mayoritas responden masih menilai kualitas politisi muda tidak lebih baik dengan politisi yang lebih senior. Penelitian ini dilakukan dengan metode acak bertingkat pada 1.200 responden. Menurut Adjie, penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif dan diperkuat dengan fokus grup diskusi. Selain itu juga dilakukan riset kualitatif dengan melakukan analisis media pada 5 koran nasional, 7 koran lokal di 7 provinsi terbesar.


Kriteria politisi muda yang digunakan LSI adalah pejabat publik dengan usia di bawah 50 tahun. Adjie menyebutkan, batas 50 tahun sengaja digunakan karena masih sedikit pejabat publik yang usianya di bawah 40 tahun.


Penelitian ini juga membandingkan penilaian publik terhadap kemampuan politisi muda dan politisi senior. Hasilnya, tak banyak yang menilai politisi muda punya kemampuan lebih baik dibanding politisi gaek. Buktinya, hasil survey menunjukkan dibanding politisi senior hanya 15,4 persen yang menilai kemampuan politisi muda lebih baik. Sedangkan yang memilih kemampuan politisi senior lebih baik, dibanding politisi muda sebanyak 23,8 persen.


Selain itu sekitar 37,6 persen, menilai kemampuan politisi senior dan politisi muda sama saja. "Dengan kualitas yang sama ini mengindikasikan bahwa tidak ada perbedaan profil politisi muda dan politisi senior, nilainya sama saja bagi publik," ujarnya. Adjie melanjutkan, di mata publik, kemampuan dan kiprah politisi muda belum menunjukkan hasil yang signifikan.


IRA GUSLINA/
TEMPO Interaktif,
Read more…