Ini kisah merupakan kisah nyata, dan bila anda mengenal
orangorang yang saya sebut, mohon dimaafkan. Kisah ini bukan hanya menceritakan
orang yang tidak terlalu saya kenal, bahkan ada juga yang merupakan saudara
saya. kisah ini saya ceritakan agar kita mawas, dan kembali merenungkan ada apa
dengan kita.
obrolan pagi
tadi sedikit menggelitik, “om, saya ini bingung loh,” demikian kakak ipar saya
mengawal kata disaat santainya,” kenapa mas,” timpal saya. dia panggil saya om
untuk membiasakan anakanaknya memanggil saya om. “saya ini mau jadi kepala
sekolah, uang buat nyogok sih dah ada, tapi kalo saya nyogok berarti sepanjang
saya menjabat saya harus menyiapkan bagian untuk mengembalikan modal yang sudah
saya keluarkan” demikian dia bercerita tentang proses untuk menjadi kepala
sekolah di daerah pada umumnya. “itu kembali ke hati nurani mas, lagian emang
mo nyari apa sih mesti nyogok puluhan juta untuk jadi kepala sekolah?klo uang
ada kenapa gak buat modal usaha kek buat sampingan guru!” saya coba kasih
solusi,” berarti saya jangan berharap jadi kepala sekolah dong kalo gak bayar
uang sogokan mah yah” demikian dia sepertinya berat sekali kondisinya.
cerita lain, ini
obrolan saya dengan mertua. “cep, si neng teh udah bapak siapkan uang 50 juta,
biar itu tanggung jawab bapak untuk meloloskan si neng jadi guru pns.” lalu
saya bilang, ” bapak, bukan saya menolak uang bapak, tapi masak uang sebanyak
itu dikasih gitu ajah sama orang lain. lagian kan masih banyak yang gak nyogok
juga keterima jadi pns,” lalu dia bilang,” ah bapak mah gak tenang kalo si neng
belum pns, udah tua bapak tapi liat anak masih belum jadi orang” lalu dia
melanjutkan, “tuh abangnya si neng juga klo gak bayar 40 juta mah taun lalu,
apa bisa dia jadi guru pns? udah lah gak usah idealis, yang lain juga gitu,
ntar klo gak gitu si neng gak jadijadi pnsnya”. duh, gusti … segituhnya
ternyata keluarga kami. lalu, saya coba dekati lagi dengan sedikit intonasi
menekan, “pak, klo si neng jadi pns, lalu dia di gaji. seumur hidup dia bakal
mendapat uang haram, dan anak itu akan tumbuh dari hasil uang haram!”, dia
cuman bilang,” ah haram gimana, dia kan dapat gaji hasil kerja!” hmmm.
suatu pagi di
lain waktu, bapak saya bilang, “jang, tuh si A mah tetangga kita yang baru
selesai kuliah dikelas jauh. kuliah cepet, bentar lagi jadi pns.” saya coba
tanya,” lah kok bapak langsung tau, kan test ajah belum?”"ah, kan dia dah
bayar sekian juta.” hmm jadi gitu yah?
di lain waktu,
saya sedang membantu tetangga nyari nama dia di internet, apakah ada sebagai
peserta test cpns pegawai pertanian” loh nama teteh kok gak ada yah, tapi ini
ada data saya yang namanya gak sesuai. tempattanggal lahir, no peserta sih
sesuai, tanggal pendaftara juga sesuai. tapi namanya beda.” lanjut dia. sambil
ngobrol akhirnya keluar juga cerita dari dia, katanya sebenrnya teteh tuh udah
bayar 60 juta buat jadi pns nih, kata yang dibayar teteh suruh ikutan test ajah
buat formalitas.
seperti yang
saudara ketahui, masa depan adalah sebuah masa yang menjadi impian kebahagiaan
kita, juga menjadi momok yang menakutkan kita semua, khususnya manusia yang
kerdil yang tak percaya takdir tuhan-nya. salah satu masa depan yang menjadi
perhatian adalah kesejahteraan yang berawal dari suatu pekerjaan.
hari ini, kita
begitu muak dengan polri yang dengan semenamena mengobrakabrik kpk. kita begitu
muak karena ini masalah masa depan penegakan hukum dan masa depan korupsi di
negeri tercinta. hari ini juga, kita begitu muak dengan para koruptor yang jauh
disana, pemilik jabatanjabatan strategis, pemilik kuasa perintah, pemilik
proyek milyaran. kita begitu muak dengan pidatopidato politisi yang begitu
lekat dengan nuansa korupsi, kolusi dan nepotisme.
namun, ketika
saya mencoba melihat disekeliling kehidupan riil, kehidupan yang saya lalui
setiap hari, ada banyak manusiamanusia yang tak jauh berbeda dengan orangorang
yang kita cacimaki, hinadina, sumpahserapah. yah, mungkin anda tak
merasakannya, namun saya merasakannya menjadi bagian dari masyarakat yang begitu
nyatanyatanya berjiwa korup, berpikiran kolusi adalah solusi.