Saya tahu korupsi banyak dihujat.
Semua membicarakan korupsi. Mengkritik memaki-maki bahkan sampai ada
yang menulis koruptor itu anjing. Tapi pendapat saya lain. Bagi
saya korupsi itu tidak haram. Bahkan sangat sejalan dengan ajaran
agama. Dan sebagai koruptor, saya sudah mengamalkannya. Saya adalah
seorang koruptor sekaligus seorang yang taat beragama (Islam). Kenapa
saya katakan korupsi itu tidak haram dan sejalan dengan ajaran agama?
Inilah alasan saya:
Pertama:
Karena dapat uang banyak dari korupsi
maka saya bisa membantu banyak orang. Apa dan siapa saja bisa saya
bantu. Tidak seperti yang terjadi pada rakyat miskin yang bodoh. Yang
cuma taat berdo’a tapi uang tidak punya. Hidup susah banyak mengomel
akhirnya minta-minta ke sana kemari. Bahkan tidak bosan-bosannya berdo’a
pada Tuhan. Pakai nangis-nangis segala. Tapi Tuhan tidak pernah diberi.
Mereka tertipu.
Justru dengan korupsilah jalan lurus
mencari uang. Malah tergolong jalan tol. Sekali tembak dooorrr…. Sekian
triliun meledak. Langsung deh saya menjadi Tryliuner. Apa yang
tidak bisa saya beli. Apalagi membantu. Saya bisa membantu satu pulau
fakir miskin. Saya bisa membantu membelikan peci dan sarung untuk
sebanyak 1.000 000 000 ustad. Dan saya juga bisa membantu mesjid pada
satu provinsi.
Apa reaksi mereka yang saya bantu? Tentu
saja mereka senang. Mereka akan simpati pada saya. Mereka akan yakin
bahwa saya begitu peduli pada agama Islam. Singkatnya saya akan
mendapatkan citra yang baik di mata mereka. Dan ujung-ujungnya? Mereka
akan memilih saya pada Pilkada atau Pilpres, bahkan kalau ada Pilnabi
dan Piltuhan saya pun tetap akan mereka pilih. Walaupun mereka tidak
tahu bahwa mereka sudah saya tipu. Sudah saya politisir.
Apakah mereka tidak tahu akal bulus
saya? Bagaimana mereka bisa tahu. Wong mereka tolol semua. Buta politik.
Kerja cuma ibadah ibadah ibadah. Setelah itu dakwah, slogan,
umbul-umbul. Justru di situ saya masuk. Saya akan memompa bahwa kita
harus menegakkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan bla bla bla. Kita
harus menghormati antar agama. Tidak boleh menyinggung-nyinggung SARA.
Di internet pun saya keluarkan peraturan. Tidak boleh menulis konten
SARA. Karena itu bisa merusak persatuan dan kesatuan Bangsa. Yang
penting adalah damai damai damai.
Akhirnya mereka takut menulis tentang
agama. Takut dibredel takut di sentrum Fatwa. Wong yang bikin fatwa
juga saya yang ngatur. Hehe.. Maka tidurlah otak umat beragama.
Tiaraplah sikap kritis mereka. Sehingga lam-lama mereka tidak terbiasa
berpikir kritis. Jadi nrimo setiap keputusan dan peraturan.
Maka saya masuk ke jalur agama. Masuk melalui buku-buku pelajaran agama.
Saya setting seperti apa materi agama yang diajarkan di
sekolah-sekolah. Termasuk buku-buku panduan agama yang boleh beredar di
pasaran. Jika ada yang diluar yang saya tetapkan? Hmm.. Bredel. Ditarik
dari peredaran dan penulisnya masuk bui. Sikat ! Dibunuh karakternya.
Apa hasilnya?
Mereka penuh ketakutan untuk berpikir kritis. Mereka tidak berani
lantang. Mereka tunduk dan patuh pada peraturan. Dan itu dikaitkan
dengan agama. Tidak boleh berlaku ekstrem. Agama mengajarkan tidak boleh
berlebihan. Termasuk berpikir berlebihan. Sudah taati saja. Nah loh!
Disitu saya masuk. Dengan teman-teman dan grup koruptor saya. Mereka
sibuk taat dan patuh. Kami sibuk bermain dibalik layar. Maka asal ada
gonjang-ganjing SARA maka saya dan para koruptor jadi pahlawan. Kenapa?
Karena sentimen keagamaan sudah ditanam bibit-bibitnya melalui larangan
menyentuh berhala yang bernama larangan isu SARA. Akhirnya
mereka jadi sangat sensitif. Sedikit saja dipicu byaarrr … langsung
meledak. Nah itu kekuatan bagi saya. Semakin mereka mudah tersinggung
antar agama dan antar paham, maka makin empuk untuk mereka dipolitisir.
Cantik kan?
Jadi singkatnya, mereka akan
dininabobokan oleh ketololan mereka sendiri. Dan rumusnya? Semakin
mereka taat beribadah, semakin mereka fanatik, maka semakin empuklah
saya menari diatas ketololan mereka. Hahaha …. Ini politik Bung. Makanya
jangan jadi orang tolol. Nggak cukup cuma dengan taat-taat nggak
karuan. Sampean rajin berdo’a pada Tuhan agar para koruptor dimusnahkan
oleh Tuhan. Pakai do’a massal segala. Nangis-nangis lagi pada Tuhan
walah walah… mana. Mana buktinya Tuhan menolong sampeyan. Nggak ada
kan?
Tau nggak sih?
Negara ini dalam genggaman saya. Bukan dalam genggaman Tuhan yang ada
dalam khayalan sampeyan. Tuhan cuma diam Hehe…!
Kedua:
Itu manfaat pertama saya korupsi.
Sekarang yang kedua. Dengan banyaknya uang saya, saya bisa punya
buaaanyak isteri. Siapa yang tidak mau kawin dengan saya. Wong
cewek-cewek Indonesia ini rata-rata pada lapar semua. Wajah cantik body
seksi tapi uang tidak punya nah …klop. Saya bisa menjaring 10 isteri
atau lebih. Di sinilah pentingnya dalih poligami. Berarti saya sudah
pantas berpoligami. Karena saya sudah bisa menafkahi banyak orang. Bisa
membantu para wanita-wanita montok yang saya pilih.
Yang keriput? Ah .. itu di zaman Nabi.
Soal siapa yang akan dikawini kan tidak ditentukan oleh Islam. Nikahilah
oleh mu perempuan yang cantik rupanya. Terakhir baru agamanya. Begitu
kan dalam hadisnya kalau saya tidak salah. Ya …. Itu kan kedok saya
saja. Wong saya poligami karena nafsu kok. Karena anu kok. Tapi
siapa yang tahu. Yang dijelaskan dalam agama kan cuma apakah seorang
muslim sudah sanggup untuk poligami. Apakah mereka sudah bisa berlaku
adil. Ya nyatanya saya sudah bisa. Saya bisa bagi jam dinas
saya di masing-masing rumah isteri saya. Saya bisa kasi uang sama banyak
(dalam teori).
Kenapa saya bisa adil? Ya karena para isteri
group ini sudah melewati proses seleksi. Pada ranum semua
yang saya pilih. Jadi nggak masalah anu saya mau mendarat di landasan
pacu yang mana. Kalau ada yang keriput mana bisa saya adil. Iya
kan?
Terbukti kan korupsi sejalan dengan
ajaran agama. Saya bisa poligami. Banyak orang yang saya bantu. Makanya
Nabi juga berpesan carilah harta sebanyak-banyaknya. Seolah-olah kamu
akan hidup selamanya. Dan beribadahlah seolah-olah kamu akan mati besok
pagi.
Soal ibadah? Saya rajin. Diamana ada
sholat yang ramai. Dimana ada acara-acara keagamaan, MTQ, Lebaran,
Jumatan, dan …pokoknya dimana orang banyak bisa melihat saya, ya saya
sudah hadir duluan di situ. Jadi saya dimata orang banyak, benar-benar
Islami. Itu penting lho. Citra bro citraaa…
Ketiga:
Lho tapi cara Bung Erianto
Anas mendaptkan uang dengan jalan korupsi kan tidak halal Bung?
Tidak halal? Berdosa? Hehe… sampeyan
taat tapi tidak punya ilmu agama. Kan ada itu entah hadis kalau nggak
salah. Nanti di akhirat akan ditimbang pahala dan dosa seorang muslim
sebelum diputuskan Tuhan apakah dia akan masuk sorga atau neraka. Mana
yang lebih banyak pahala apa dosanya. Nah, disitu kan klopnya. Taroklah
saya berdosa karena korupsi. Tapi jumlah orang yang saya bantu berapa?
Berapa fakir miskin, gedung panti
asuhan, mesjid, para ulama yang saya belikan peci dan sarung, Jumlah
ustad dan ulama yang saya bantu untuk naik haji ke Mekkah berapa, dan ..
pokoknya banyaklah. Nah berapa itu pahalanya. Oya ada yang tinggal.
Jumlah pahala saya dari poligami berapa? Isteri saya ada 2 lusin. Berapa
itu orang yang saya bantu. Coba anda hitung. Bisa kalahkan jumlah dosa
korupsi. Maka masuk sorga juga kan saya akhirnya.
Di dunia ini hidup saya nikmat lezat dan
surrr. Eh di akhirat saya juga masuk sorga. Nah kalau sampeyan? Sudah
lah morat marit dan bau sorga di dunia eh… di akhirat malah ditendang ke
neraka. Apa alasan Tuhan? Sampeyan pemalas. Bodoh. Nggak ada point
pahala pada bantuan sosial. Cuma ritual ibadah sholat doa dan puasa
saja. Paling tinggi cuma naik haji. Itupun sudah sampai menggadaikan
sawah dan ternak di kampung. Nah lho, pulang haji hidup malah kacau.
Karena harta benda sudah ludes.
Hahaha … hayoo gimana?
Sejalan gak korupsi dengan nilai-nilai agama..?
Jangankan haram, jadi mendukung malah kan?
Gimana hayoo …
dari: http://agama.kompasiana.com/2011/01/03/saya-koruptor-siapa-bilang-korupsi-haram/