Dalam setiap komunitas selalu terdapat seseorang atau sekelompok orang yang disebut sebagai pemimpin. Para pemimpin biasanya diperlakukan secara khusus, yaitu dihormati, diikuti nasehat-nasehatnya, dan juga dijadikan sebagai tauladan. Selain itu pemimpin biasanya juga menjadi kebanggaan bagi para pengikutnya.
Keluarga sebagai unit terkecil dari sebuah masyarakat, biasanya suami dianggap sebagai pemimpinnya. Suami di hadapan anggota keluarga, biasanya didengarkan ucapannya, perilakunya dijadikan sebagai acuan, ditauladani, dan juga disegani oleh isteri dan para anak-anaknya. Kehidupan keluarga yang demikian akan berhasil mewujudkan kedamaian dan ketenteraman. Di antara mereka akan terjadi saling memahami, menghargai, terjalin kasih sayang, dan saling tolong menolong.
Posisi pemimpin, baik dalam komunitas kecil serperti keluarga maupun komunitas besar seperti negara, menjadi sangat strategis untuk mewujudkan kehidupan yang harmonis, bersatu, dan penuh dengan kedamaian. Oleh karena itu para pemimpin tidak hanya sebatas menunaikan tugas-tugas manajerial, melainkan yang lebih penting dari itu adalah pelakukan peran-peran sebagai tauladan, kebanggaan dan bahkan juga tumpuan harapan untuk mendapatkan rasa ketenangan dan keadilan bagi semua warganya.
Akhir-akhir ini, dalam kehidupan bangsa, posisi pemimpin terasa kurang ditempatkan sebagaimana mestinya. Sehari-hari terdapat pemimpin yang dikritik, dituduh, dan bahkan dicacimaki. Kegiatan berdemo terhadap para pemimpin dianggap hal biasa. Pemimpin seakan-akan boleh-boleh saja diperlakukan secara sembarangan. Bahkan aneh sekali, demonstrasi juga ditujukan kepada guru dan atau pimpinan lembaga pendidikan oleh anak-anak dan mahasiswa di kampus-kampus.
Perlakuan terhadap sementara pemimpin sebagaimana dikemukkan tersebut, sudah barang tentu, banyak faktor yang menyebabkannya. Di antaranya adalah oleh karena perilaku pemimpin yang bersangkutan. Pada umumnya, rakyat selalu menghormati pemimpinnya. Sebab, dalam berbagai kehidupan, mereka selalu membutuhkan peran-peran pemimpin. Rakyat membutuhkan pengayoman, rasa aman, petunjuk, bimbingan, dan juga ketauladanan.
Akan tetapi ketaatan dan penghormatan itu akan menjadi runtuh manakala para pemimpin tidak berhasil memenuhi harapan itu, dan apalagi mereka dianggap menyimpang dan berlaku tidak adil. Sikap-sikap ketundukan dan ketaatan akan berubah menjadi perlawanan atau setidak-tidaknya apatis manakala pemimpinnya dianggap tidak berperilaku atau menjalankan peran-peran yang diharapkan.
Persoalan bangsa yang mendasar pada saat ini, di antaranya adalah dalam hal menempatkan para pemimpin pada posisi yang sebenarnya. Pemimpin yang seharusnya dihormati, hihargai, ditauladani, dan dibanggakan, dan lain-lain, sudah tidak selalu terjadi. Seolah-olah sudah menjadi hal biasa, pemimpin dituduh, dijadikan tersangka dan bahkan juga dimasukkan ke penjara. Tentu saja hal itu akan melahirkan kekecewaan yang luar biasa, dan akibatnya terjadi, seolah-olah tidak ada lagi pemimpinnya. Bangsa tidak saja memerlukan pejabat, tetapi juga pemimpin. Kekosongan pemimpin seperti itu, jika direnungkan secara mendalam, sebenarnya adalah sangat berbahaya.
Oleh sebab itu, seharusnya siapapun harus menjaga posisi strategis para pemimpin, lebih-lebih pemimpin bangsa. Setiap masyarakat selalu membutuhkan kehadiran pemimpin. Kedamaian dan ketentraman dan bahkan kemakmuran hanya akan tercapai manakala terdapat pemimpin yang dihargai, dihormati, dipercaya, dan menjadi kebanggaannya. Hal apa saja yang menjadikan runtuhnya kewibawaan pemimpin seharusnya dihindari oleh semua pihak, dan tidak terkecuali oleh pemimpin itu sendiri. Wallahu a’lam.