Ade Wahyudi
Serangan balik pemberantasan korupsi
datang dari partai politik di parlemen. Kemarin, dua pimpinan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) Bibit Samad Rianto dan Chandra Hamzah
diusir dari ruang rapat Komisi Hukum DPR. Para pengusir diantaranya
adalah anggota DPR dari Fraksi Golkar, PDIP dan PKS. Mereka
mempermasalahkan deponering kasus suap dua pimpinan KPK itu.
Tapi sebenarnya kasat mata kita tahu
alasan DPR mengusir pimpinan KPK bukan semata-mata soal deponering.
Apalagi kewenangan deponering ada di Kejaksaan bukan parlemen.
DPR mengusir pimpinan KPK lebih karena
hendak membalas dendam karena menjebloskan 19 politisi yang diduga
menerima suap pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda
Goeltom ke dalam tahanan. Aktivis anti korupsi sebelumnya sudah
mengingatkan, DPR akan menyerang balik. Segala cara akan digunakan.
Menggugat persoalan deponering adalah salah satu caranya.
Alasan lain pengusiran pimpinan KPK,
karena DPR masih menganggap mereka sebagai tersangka sehingga tak layak
hadir di rapat dengar pendapat. Tapi bukankah anggota DPR Panda Nababan
juga sudah ditetapkan sebagai tersangka sejak tahun lalu? Tapi tak
pernah ada anggota parlemen lain yang permasalahkan ia hadir di
rapat-rapat DPR.
Unik memang melihat sikap parlemen. Di
luar mereka koar-koar soal pemberantasan korupsi. Tapi mereka sangat
anti bila pemberantasan korupsi sudah menyentuh gedung DPR. Pengusiran
dua pimpinan KPK secara terang menunjukkan pada masyarakat, DPR anti
pemberantasan korupsi.
Namun sebenarnya juga tak terlalu
mengejutkan. Survei indeks persepsi korupsi yang dilakukan Transparansi
Internasional Indonesia (TII) dari tahun ketahun menunjukkan parlemen
bersama dengan polisi sebagai lembaga terkorup.
Sayangnya data ini tak membuat parlemen
berbenah. Tak pernah ada usaha dari parlemen untuk menunjukkan kepada
masyarakat mereka memperbaiki diri. Justru berbagai kasus korupsi datang
dari gedung parlemen di Senayan.
Kita memang butuh parlemen untuk
menjalankan fungsi penyeimbang dan pengawas pemerintahan. Kita memang
butuh parlemen untuk membuat aturan-aturan yang pro rakyat. Tapi lebih
dari itu kita membutuhkan parlemen yang bersih dari korupsi.
Karena itu dukungan dari masyarakat
untuk KPK harus terus keras disuarakan. KPK tak boleh mundur oleh
serangan balik pendukung koruptor. Sambil tetap berharap masih ada
anggota DPR memiliki akal sehat. Mengutip tulisan wartawan senior
Goenawan Mohamad dalam akun twitternya “Semoga di Senayan mereka ingat:
mereka dipilih rakyat untuk membela negeri ini dari kejatuhan. Bukan utk
membela teman-teman dalam kejahatan.”
Sumber: http://www.kbr68h.com/