Ditulis oleh jmintermedia
Pidato Kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait pemberantasan Korupsi di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (16/08/11) pagi tadi dinilai abal-abal. Pasalnya pidato SBY tentang korupsi tidak menyentuh pada akar persoalannya.
“Tidak pada jantungnya, tidak pada hatinya. Tetapi lebih pada hal yang semua orang juga sudah tahu indeks transparasinya mengalami kenaikan 0,8 persen. Itu semata-mata diukur yang dulu," kata Wakil Ketua DPR Pramono Anung di gedung DPR, Selasa (16/08/11).
Selain itu, data yang digunakan presiden Pidato sudah kadaluarsa. Jika dipakai data dengan kondisi sekarang sudah tentu mangharu biru ditambah dengan kasus suap dan korupsi yang diduga melibatkan elit partainya.
Pramono mengatakan, saat Presiden menyinggung korupsi, tidak menyebut apa yang menjadi prioritas pemerintah.
“Bahwa secara normatif sudah disebutkan, tapi dalam pelaksanaannya kan ada hal yang berbeda yang kontradiktif terutama berkaitan misalnya, dengan ada upaya melakukan secara sistematis melemahkan KPK," jelas Pramono.
Pramono mengaku dirinya adalah orang yang menaruh harapan kepada lembaga pemberantasan korupsi KPK untuk bisa menyelamatkan Indonesia dari korupsi.
“Terus terang menaruh harapan yang tinggi sebab korupsi yang terjadi dalam bangsa ini tidak bisa diselesaikan dengan cara-cara yang selama ini ditempuh," tandasnya.
KBC- M.Jokay