JAKARTA, Tinggal dua malam di satu kamar di Hotel Aston, Bandung, yang diisi oleh 11 kardus berisi uang dan 11 orang. Itulah yang dialami Yulianis, mantan Wakil Direktur Keuangan Grup Permai, induk perusahaan milik Muhammad Nazaruddin, saat Kongres Partai Demokrat pada Mei 2010.
"Saat itu suasananya tegang. Kami tidak berani meninggalkan kamar," cerita Yulianis kepada Kompas dan Tribun, Selasa (13/9/2011) di Plaza Senayan, Jakarta. Saat itu Yulianis diberi tugas oleh mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Nazaruddin, untuk mencatat dan menyiapkan uang yang dibawanya. Uang itu ada yang berasal dari perusahaan Grup Permai sebesar Rp 30 miliar dan 2 juta dollar Amerika Serikat (AS), serta dari sumbangan sebanyak 3 juta dollar AS.
Yulianis enggan menyebutkan uang 3 juta dollar AS itu merupakan sumbangan dari siapa saja. Dia hanya menuturkan, uang sumbangan itu mulai terkumpul sejak satu bulan sebelum kongres.
Setiap ada uang sumbangan yang masuk, dia diminta oleh Nazaruddin untuk mencatat dan menukarkannya menjadi dollar AS agar lebih ringkas. Menurut Yulianis, uang itu dibawa dari Jakarta ke Bandung dengan iring-iringan beberapa mobil. Uang Rp 30 miliar disimpan dalam 10 kardus rokok dan dibawa dengan mobil boks, sedangkan uang dalam bentuk dollar AS disimpan dalam kardus lain dan dibawa dengan mobil lainnya.
"Saya mengendarai Honda CRV, di iringan paling belakang," tutur Yulianis.
Sesampainya di Hotel Aston Bandung, lanjut Yulianis, uang itu disimpan di sebuah kamar. "Saya lalu menunggu uang tersebut. Jika Pak Nazaruddin menelepon dan mengatakan butuh uang sekian, saya mencatat dan menyiapkannya. Nuril Anwar (mantan tenaga ahli Nazaruddin di DPR) yang kemudian akan datang dan mengambil uang itu," tutur Yulianis.
Yulianis mengaku tidak mengetahui uang itu dipakai untuk apa. Yang pasti, dari Rp 30 miliar uang perusahaan, diambil sebanyak Rp 600 juta. Sedangkan dari uang sumbangan sebesar 3 juta dollar AS, yang dipakai sebesar 1,8 juta dollar AS. Sementara uang dari Grup Permai sebesar 2 juta dollar AS masih utuh dan kemudian dibawa oleh Nazaruddin.
Yulianis lalu mengembalikan sisa uang perusahaan sebesar Rp 29,4 miliar ke kas perusahaan. Sementara itu, sisa uang sumbangan sebanyak 1,2 juta dollar AS dibawa oleh Neneng Sri Wahyuni, istri Nazaruddin.